Inilah kenapa saya memilih Ibukota Jakarta sebagai tempat untuk tinggal saat ini. Disaat keluarga besar papa berada di Malang, keluarga besar mama berada di Bandung dan Mama, Papa serta adik-adik ada di Batam. Saya memilih untuk hidup mandiri lagi di Jakarta. Agar mudah melakukan perjalanan. Agar bisa lebih banyak menjelajah.
Bandara Internasional Soekarno Hatta, Bandara Halim Perdanakusuma, Stasiun Gambir, Stasiun Senen, Terminal Kampung Rambutan dan Terminal bus lainnya menjadi ‘gerbang’ bagi saya untuk melakukan perjalanan. Menjadi salah satu spot happiness saya ketika akan beranjak pergi sekaligus tempat helaan napas panjang ketika perjalanan usai tanda saya harus kembali untuk menjalani hidup di Jakarta dengan segala kemacetan, hiruk pikuk, asap polusi, tekanan kerjaan dan teman-temannya.
Setelah berjalan kesana kemari, saya menemukan diri saya sebagai pribadi yang baru. Tentang saya yang ternyata senang mengetahui sejarah, tentang keberanian saya turun ke Laut meski tak bisa berenang, tentang saya yang ternyata kuat mendaki gunung, tentang saya yang baru tahu ternyata Indonesia punya tempat yang dinginnya banget-bangetan seperti Dieng dan Bromo. Tentang saya yang suka mencicipi ragam kuliner yang berbeda-beda disetiap daerah di Indonesia. Tentang saya yang haru dan patah hati ketika mengunjungi museum Tsunami. Tentang Gili Trawangan, sebuah tempat di Indonesia yang ketika berada disana, saya merasa seperti sedang tidak ditanah air karena mayoritas yang saya temui adalah bule.
Hampir dapat dipastikan saya selalu ‘pulang’ dalam keadaan penuh dan berisi. Berisi rasa syukur dan cintanya saya sama negeri saya ini. Berisi rasa takjub dan bangga karena kekayaan budaya, kuliner, sejarah, wisata dan kebaikan para penduduknya.
Kali ini, saya tergerak untuk kembali berjalan. Ketempat yang lebih jauh, untuk memulai pergi dalam keadaan ‘kosong’, mencari sesuatu untuk saya isi dan kembali saya bawa ‘pulang’. Perjalanan ini adalah tentang alasan untuk bisa menginjaki sebuah kepulauan kecil di Maluku Utara. Perjalanan ke Tidore.
10 Alasan kenapa saya harus ke Pulau Tidore, sebuah tempat 2411 km dari tempat dimana saat ini saya berada.
Inilah 10 Alasan kenapa saya harus ke Pulau Tidore, sebuah pulau kecil di utara pulau Maluku.
Ikut menunaikan Sholat di Mesjid Apung Ternate sebelum melanjutkan perjalanan ke Tidore.

Source: masdaeng.wordpress.com
Sebuah mesjid terapung ditepi pantai pulau Ternate ini megah dan besar serta tampak mewah.
Menikmati sepi, bebaskan diri dari Hiruk pikuk Ibukota
Pulau nan kecil dan tenang, sehingga dapat dipastikan saya akan bebas dari bunyi klakson dan asap polusi.
Seperti Batam, pulau Tidore ini bisa di jelajahi dalam satu hari. Yang berbeda adalah, Pulau Batam sudah memiliki bandaranya sendiri, berbeda halnya dengan pulau Tidore yang harus ditempuh dengan menggunakan kapal feri atau speed boat dari pulau pelabuhan Bastiong Ternate. Sehingga, jika dari Jakarta, saya harus terlebih dahulu mendarat di Bandara Babullah di Pulau Ternate.
Melihat Panorama alam yang indah dari atas bukit
Ada sebuah benteng yang terletak dari Pelabuhan Ruum, cukup ditempuh dalam waktu 30 menit dengan menggunakan mobil, namanya Benteng Toluha.

Source: Faela shafa – detiktravel
Meski ya untuk bisa menggapai titik ini dan mengambil gambar seluas ini harus menaiki anak tangga selama 10 menit.
Melihat monumen Spanyol, sebagai bukti bahwa mereka menginjakkan kaki pertama kali di Maluku sebelum keliling Dunia.
Spanyol sampai di Maluku sekitar abad 15 pada penjelajahan lautnya. Untuk mengenang perjalanannya, Spanyol mendirikan monumen untuk dapat dilihat wisatawan. Monumen ini terletak di tepian jalan dekat dengan Benteng Toluha.
Ada informasi yang didalam pembuatan monumen dengan menggunakan 3 bahasa. Bahasa Indonesia, Spanyol dan Inggris yang berisi;
“Monumen ini dibangun untuk memperingati Juan Sebastian de Elcano beserta awak kapal-kapal Trinidad dan Victoria yang merapat di Pulau Tidore pada tanggal 8 November 1521 dan melanjutkan pelayarannya ke Spanyol pada tanggal 18 Desember 1521. Dalam Perjalanan keliling dunia yang pertama.”
Rasanya gimana ya, ketika ada orang luar negeri menginjakkan kaki di bagian Indonesia, tapi kita sebagai bagian dari negeri ini malah belum pernah kesini. Ada perasaan semacam tak rela.
Jika biasanya pemandian air panas di lereng gunung, di Tidore pemandian air panas berada di pinggir pantai!

Source: hikamikha.blogspot.co.id
Selama ini saya tahu pemandian air panas berada didaerah bersuhu dingin seperti bandung/garut. Nah, di Tidore ada pemandian air panas di pinggir pantai! waw!
Kebayang dong, menghangatkan badan dengan pemandangan lautan biru didepan mata? Pemandian air panas ini terletak di Pantai Akesahu. Dan walaupun terletak di pinggir pantai, tidak menjadikan pemandian ini seperti halnya air laut yang asin. Air panas ini rasanya tawar, dong! Jadi penasaraaan kaan.
Tidak hanya Bali, Tidore juga punya pantai dengan lautan yang jernih
Jika menyebut pantai, yang teringat pertama kali adalah Bali. Padahal, pantai di pulau tidore juga cakep-cakep. Duuh. Selain pantai yang menempel langsung pada pemandian air panas, Pantai di tidore juga jernih banget, seperti halnya Pantai Sulamanda yang ada di bagian Utara Pulau Ternate.

Source: kenyoot.blogspot.co.id
Jika siang menjelang, Pantainya akan terlihat berkilauan. Hal ini terjadi karena teriknya cahaya matahari yang terpantul oleh permukaan air.
Diantara hawa panas karena banyak pantai ada satu desa yang berhawa sejuk; Desa Gurabunga
Desa ini berhawa sejuk karena lokasinya yang berada pada ketinggian 800 meter diatas permukaan laut. Rumah warga di desa ini berada dikawasan subur lereng Kie Matubu, sebuah gunung yang tingginya 1730 meter diatas permukaan Laut dan dikenal oleh masyarakat maluku sebagai Gunung Tidore.

Source: yosgama.wordpress.com
Didesa ini ada sebuah rumah adat yang bernama Folajikosabari, terbentuk dari bambu dan berlantaikan tanah. Rumah ini kental dengan nuansa islami yang memiliki 5 ruangan mengandung arti waktu ibadah shalat dan memiliki 2 ikat pada setiap bambunya yang melambankan 2 kalimat syahadat.
Jika ingin mendaki Gunung Kie Matubu, mulailah dari Desa Gurabunga ini.
Berdiri di puncak Gunung dimana sekililingnya adalah lautan!

Source: ilhamarch.blogspot.com
Selama ini jika melakukan pendakian pemandangan sejauh mata memandang saya hanyalah hehijauan, di Pulau Tidore saya bisa mendaki sebuah gunung dengan pemandangan yang berbeda. Lautan lepas!
Berburu wisata kuliner khas Tidore dari Lapis Tidore sampai Roti Coe.
Apalah artinya mengunjungi satu daerah dibumi pertiwi tanpa icip-icip makanan khas daerahnya bukan?
Bolu lapis khas Tidore ini sering sekali dijadiin oleh-oleh. Bolunya sama seperti bolu biasa, namun ada campuran olahan kacang kenari yang dipotong kecil-kecil dan gula aren yang sudah dibikin selai dan dioleskan pada setiap lapisannya. Nyam!
Apang Coe, Sebuah makanan sejenis Apem. Disajikan dengan parutan kelapa yang segar dan manis.
Nasi Jaha; Biasa kita kenal dengan Nasi Lemang. Dibakar dalam bambu. Nasi Jaha ini bisa untuk mengganjal perut karena meski tanpa dibarengi dengan lauk, bisa membuat kita kekenyangan.
Pisang Coe; Familiar dengan Nagasari? Begitulah rasanya kira-kira. Hanya saja Pisang Coe disajikan tanpa daun pisang. Dikukus dalam cetakan dengan potongan belah ketupat dan tampil seperti kue lapis.
Roti Coe; Apa hayo? Bakpau! Meski ya ukurannya lebih kecil dengan isi kelapa parut dan gula merah. Penasaran jika disantap fresh from the oven. Pada gigitan pertama, roti ini akan mengempes dan lidah langsung merasakan isinya. duh.
Dipikiri-pikir, jika dilihat secara tampilan, makanan khas daerah di Indonesia ini mirip, ya! Setelah dijabarkan tentang pembuatannya, baru terlihat hal yang membedakannya. Ini yang membuat Indonesia menjadi negeri kaya. Kaya akan sajian khas daerahnya.
Meramaikan Festival Tidore!

Source: Sportourism.id
Meski hanya sebuah pulau, ada sebuah acara tahunan yang dielar oleh pemerintah Tidore kepulauan. Festival Tidore! Sebuah festival budaya dengan beberapa acara adat.
Dowari adalah sebuah ritual yang dilaksanakn untuk mengawali setiap kegiatan adat dan Soa Romtoha adalah pertemuan lima warga untuk mengantarkan air yang diambil dari Gunung Kie Matabu dan dipersatukan dalam bambu adalah contoh dari acara yang selalu ada dalam festival ini.
Dan saya ingin jadi bagian acara yang selalu dinanti-nanti. Ritual lufu Kie. Sebuah ritual untuk menenang kembali gelar armada perang yang diberikan oleh Sultan Tidore bagi yang berhasil mengusir VOC.
Saya mengagumi pulau kecil ini dengan banyak hal yang bisa dilakukan dan ditemui di pulau ini. Dan saya ingin untuk menjadikan pulau ini sebagai bucket list salah satu perjalanan saya menjelajahi negeri sendiri, negeri Indonesia. Iya dong, masa kalah sama Spanyol! Yuk, Visit Tidore Island!
Ada yang sudah pernah ke Tidore? Share yuk ada apa aja, di Tidore untuk Indonesia!
Wao itu perahunya melayang seperti di udara, padahal karena saking beningnya air lautnya, jadi pengin banget ke Tidore ^_^
Iyaaaa! Kujugaaa ingiiin. 😂😂
wah jauh juga, seneng deh kalau menang kak
Iya jauh, tapi kan masih Indonesia. Muehehehe.
Seandainya pemda kota Batam ataupun dinas pariwisatanya mengadakan lomba blog juga… Ah tapi kasian yang minat ikut, bingung apa yang mau dipromosikan selain tempat belanjanya 😂😂😂
Betul juga ka. Orang luar yang sudah pernah menjelajah (sama menjajah beda tipis yak) rasanya timbul perasaan tidak ikhlas. Itu pantai Sulamanda jernih benerr. Pindahin Jakarta please! Eh nggak jadiiiii
Eh jangan gitu dong, Batam kan juga banyak. Ada mesjid jabal arafah, tulisan Welcome to Batam, mabok seafood di tanjung piayu. Barelang (pastinya!). Dan ya belanja belanja dong di Nagoya – Jodoh.
Hahaha. Iyaa jernih banget yak, kek kacaa.
Mabok seafood! Kenapa bisa lupa hal sepuas itu di Batam haha. Yah mungkin karena perspektifku, jadi rasanya biasa saja. Jadi rindu pulkam 😅
Kakak juga sekali2 pulang kak haha *padahal diri sendiri jarang pulang 😂*
Iyaaa. Ku rindu nih jalan lempeng bandara – tiban. Dan segala isinya Batam.
Nah itu. Jalannya sepi dan berdebu, panasnya, dan yang aneh, aku juga rindu sama cara ngomong kasar khas sana 😂😂😂
Aksen. Sebutannya yaa. Ini banget! Manggil temen dengan “ko”, atau “wak”. 😂😂
😂😂😂😂😂
Duh, senangnya bisa bahas beginian haha
“Enak kali ngomong gini wak”, bukan jenis perkataan yang bisa dipake di sini. Makanya kangen kalau bisa denger yang begitu lagi. Untung aja di grup temen2 lama nggak pada jaim pake gua-lu. Masih ada lah media penyalir rindu huhu
Hahha. Anak batam yang pake gue elo, jangaan ditemenin lagii. Kebanyakan gaya. Hahahaha 😂
Wkwkwk… Sok kekinian emang
Wondelful tidore. Pantai yg jernih itu bikin mata melongo, dan tanya pada diri sendiri, “kapan kesana lagi?”
Lagi? Kamuuu udah pernah ke Tidore?
Hahah salah pencet. Kapan kesana maksudku. Ga pernah. Terjauh ya ke komodo. Cita2 ke alor dan kupang.
Aamiin. Semogaaa kita punya rezeki yaaa buat injek sana. Kumalah belom ke Komodo. 😂
Aamiin..
wiiih impian banget ini jalan-jalan ke Tidore. Semoga menang yaa mba Dita lombanyaa 🙂
Samaaaaa. Hihihi. Doakaaan yaa! 😊
alasan saya ke Tidore karena Disana Luar Biasa Indah dan saya WAJIB kesana ….
Mohon Doa nya teman-teman ia … wkwkkw
Iyaaa, Mas. Indah banget!
Aamiin. semogaa yaaa!
Kalau menang, wajib banget nulis keindahan Tidoreeee dan jangan lupa lakukan 10 hal ini yeeee! 😀
Horeeeee!