Category Archives: Jawa Timur

5 Tempat yang bisa dikunjungi di Taman Nasional Alas Purwo

“Besok, agenda kalian akan kemana?” Tanya Abangnya mas Sigit di malam kedua kami di Banyuwangi.

Hari pertama menyambangi Banyuwangi, saya dan ketiga sahabat langsung menyempatkan diri untuk melihat fenomena blue fire yang ada di Banyuwangi.

Baca: Menikmati fenomena alam yang hanya ada 2 didunia dari Kawah Ijen, Banyuwangi.

Tadinya, saya request ingin ke padang savana yang banyak beredar di Instagram. Yang katanya dikenal sebagai Afrika Van Java.

Namun, guide kami, Mas Sigit merekomendasikan untuk mengubah tujuan ke Taman Nasional Alas Purwo. Menurut beliau, di Padang Savana tersebut, sudahlah jauh, hanya memiliki satu spot foto saja. Sementara dengan mengunjungi Taman Nasional Alas Purwo, kita bisa mendapatkan banyak tempat dalam satu hari.

“Niatnya diluruskan, ya. Hanya untuk berwisata.” Tegasnya lagi. Setelah kami menginformasikan akan ke Taman Nasional Alas Purwo.

Barulah saya tahu, setelah googling sebentar bahwa taman nasional alas purwo adalah salah satu tempat yang sering dijadikan tempat untuk pesugihan. Continue reading

Melahap Rujak Soto ala Banyuwangi dan Menjejaki Air Terjun Telunjuk Raung

Setelah lelah mendaki demi pencarian Blue Fire di Kawah Ijen, kami kelaperan dan minta dicarikan tempat untuk sarapan. Fyi, dikawasan kawah Ijen hanya tersedia makanan ala ala naik gunung seperti pop mie dan gorengan.

Menjadikan Rujak Soto sebagai menu sarapan

Mas Sigit, selaku guide dan asli orang Banyuwangi mengajak kami untuk sarapan Rujak Soto. Rujak soto adalah salah satu kuliner khas Banyuwangi menyatukan antara Rujak cingur yang diberi kuah soto babat. Nah lho? Continue reading

Menikmati fenomena alam yang hanya ada 2 didunia dari kawah Ijen, Banyuwangi.

Kaya baru kemarin sore memutuskan untuk melupakan mimpi untuk menginjak Banyuwangi. Setelah berkali-kali berencana dan gagal melulu, saya mulai selow dan tidak lagi menggebu. Sampai pada waktu teman saya tiba-tiba ngajakin traveling, dan dengan impulsif nya, terjadilah pembelian tiket pesawat dan kereta api dalam sekejap mata.

And here we go, Banyuwangi!

Sudahlah ya, uang bisa dicari. Investasi memori kapan lagi. Pembelaan bagi orang yang baru saja kalap beli tiket ini.

Dulu, saya ingin ke Banyuwangi karena padang savananya, namun kemudian, saya diracuni untuk melihat fenomena alam yang hanya ada 2 didunia, salah satunya di Indonesia. Melihat blue fire. Jadi, blue fire adalah api biru yang muncul di tengah-tengah balerang didalam kawah ijen. Api biru, macam slogan kompor gas. Continue reading

Tentang melihat sesuatu hanya dari luar.

Kalau kata-kata dari quote yang bertebaran di media social mah, “don’t judge books by its cover” bahasa jawanya itu, jangan menilai sebuah buku dari tampak depannya saja. Kita berlomba dan mencoba mengaplikasikannya quote tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Saya pun demikian.

Tapi ternyata, sepertinya saya belum mampu. Terbukti dengan ketika saya mendatangi sebuah Pantai Trigulasi yang berada didalam kawasan Alas Purwo di Banyuwangi.

Pertama kali memasuki area Pantai, saya langsung hopeless dan males. Sepi sih, hanya saja banyak sampah yang terdampar di bibir pantai.

pantai-triagulasi

Dan sayangnya mendung.

Continue reading

Menyusuri Pantai di Malang Selatan

3 tahun belakangan ini, entah kenapa saya hobi banget #RamadhanTrip. Dimulai dari 2 tahun lalu saya puasa puasa mengarungi Goa Pindul dan Pantai Indrayanti di Yogyakarta, kemudian setahun yang lalu saya menjelajah Sejarah Tsunami di Banda Aceh, Tahun ini saya dapet rezeki untuk Menyusuri Pantai di Malang Selatan. 🙂

Kenapa saya bisa sampai ke Malang, pernah saya ceritakan disini. Saya minta ayah ibu saya untuk menemani saya jelajah pantai di Malang. Awalnya sih, mereka sempet ragu, menurut beliau, Pantai mah dimana mana sama. Tapi karena saya kekeuh, didukung dengan Adik Papa yang mau nyewain kami mobil, jalan deh.

Pantai Bale Kambang

Pantai ini adalah satu-satunya pantai di Malang yang Papa saya kunjungi seumur hidupnya. Papa saya lahir dan besar di Malang. Semenjak Menikah, beliau mengajak Istri dan anaknya berkelana, sehingga tidak up to date lagi dengan tempat wisata di Malang. Continue reading

Pertama kalinya Traveling bareng orang tua. Rasanya? Seru!

H-5 hari menuju lebaran idul Fitri! Bagaimana puasa dan persiapan mudiknya teman-teman? Saya alhamdulillah sudah tiba di kota dimana bakso merajalela. yak, kota Malang!

Jadi ceritanya, kantor saya mengadakan mudik gratis dengan rute paling jauh ke Malang menggunakan moda transportasi kereta api. Nah, untuk karyawan yang masih sendiri single diperkenankan untuk mengajak orang tua, selama masih dalam satu KK (Kartu Keluarga). Kalau ada karyawan yang nebeng KK sama om & tantenya tentu tidak bisa, ya.

Moment ini tentu dong, tidak saya lewatkan mengingat Malang adalah kampung ayah saya. 🙂 Dan tentu saja banyak tempat wisata yang ingin saya datangi di kota ini. Mungkin, inilah waktunya! eeaa.

Ada yang pertama untuk segala sesuatu, mudik bareng + traveling hanya dengan ayah ibu saja, baru kali ini saya lakukan. Having trip bareng kang Mas, kak Febby, 2 jagoan saya sudah sering saya lakoni. Tantangan tersendiri tentu saja. Jika sama teman/adik, tenaga masih on fire dan bisa jalan sana jalan sini, tentu saja tidak bisa dilakukan jika sedang berjalan dengan orang tua. Kebetulan, saya meninggalkan Ibukota juga dalam keadaan tidak sehat, ditambah AC di kereta yang Masya Allah-ya, dinginnya.
Continue reading

How I Meet Ranukumbolo

IMG_2603

Dear, Sunrise!

 

Aku menyimpan sebuah kalimat di notes BB seperti ini, “Anggaplah sebuah gunung aku memilih mendaki gunung tersebut secara perlahan. Menikmati pepohonan, bunga dan udaranya. Berhenti, walau bukan dititik tertinggi, tapi aku tetap bisa menikmati keindahan”

Aku lupa itu dapet dari mana dan kapan ngutipnya. Yang jelas, pada saat memindahkan tulisan itu kedalam notes yang terfikir adalah proses menuju sukses. Tidak langsung, tidak instan. Proses secara perlahan, menikmati setiap proses nya. Sampai akhirnya, kemarin aku mendaki semeru, aku sepakat bahwa; filosofi kesuksesan itu benar adanya seperti naik gunung.

Entah kenapa, orang orang pada heran ketika aku bilang, aku perempuan satu satunya, diantara 4 lelaki yang hanya 1 orang yang aku kenal. “Yakin engga kenapa kenapa?”, “Berani?” kenapa sih harus mengkhawatirkan hal hal yang sebenarnya bisa kita atasi sendiri, huh. Toh, pada setiap keputusan, apapun itu. Kita harus bertopang pada kaki sendiri bukan?

Mengawali perjalanan dengan berkenalan dengan orang2 yang aku akan menghabiskan waktu bersama mereka kurang lebih 4 hari kedepan.

Dalam hidup, kita akan bertemu dengan orang baru. Berkenalan. Dan seiring jalannya waktu, akan ada hal hal yang terjadi. Berhubungan langgeng. Berteman baik kemudian bertengkar. Bertemu sekali, kemudian lama tidak bertemu dan suatu saat ketemu lagi. It’s called Life.

Malang city tour di hari pertama trip ini berjalan. Mengumpulkan tenaga. Mempersiapkan diri. Bersantai sejenak sebelum akhirnya kita akan mulai berjuang.

Menuju sukses adalah impian semua orang. Buatlah perencanaan yang matang, tarik napas sejenak. Dan bersiaplah menghadapi medan terjang di depan.

Sabtu pagi, kita berlima sudah berada di Pasar Tumpang, meeting point dimana kita akan memulai perjalanan.  Membeli perbekalan. Dan mencari akses informasi bagaimana bisa mencapai ranu pani.

Selalu ada titik start dimana kita akan mencoba berjalan menuju kesuksesan. Dan harus ada perbekalan yang kita bawa untuk mengiringi setiap perjalanan kita. Baik itu berupa ilmu, keahlian, kefasihan dan keberanian.

Di Tumpang, kami berkenalan dengan 4 orang lainnya yang akan mendaki semeru juga. Bersama mereka kami berbagi kendaraan.

Setiap individu memiliki tujuan hidup yang sama. Sukses dan bahagia. Dalam perjalanannya, kita akan bertemu banyak orang yang memiliki tujuan hidup yang sama. Bersama mereka, kita berjalan bersama.

Jadilah, rombongan kami bersembilan. Dan aku, satu satunya perempuan. Paling kecil. Paling muda. Mungkin tampak paling lemah. Menurutku, naik gunung hak siapapun. Ga Cuma laki laki kok yang bisa mendaki. Perempuan juga bisa.

Sukses juga ga melulu milik laki laki. Ga jarang perempuan muda dan tampak lemah bisa sukses juga, sesukses laki laki. Jangan sepele, jendral!

Kita jalan beriringan bersembilan. Dengan sebelumnya berdoa bersama. Memohon perlindungan dan keselamatan sampai berada di ranu Kumbolo.

Mau usaha segimanapun, kalo lupa berdoa, yasudah. Tidak usah terlalu banyak berharap. Sukses dimana mana rumusnya Cuma ikhtiar, usaha dan berdoa. Maka, mulailah segala sesuatunya dengan berdoa. Dengan merendahkan diri dihadapan Tuhan bahwa kita butuh uluran tangan-Nya

Baru berjalan satu kilometer-an, Mas Wimbo ngerasa keberatan dengan bawaannya. Dan dibantu dibawakan dengan mas Iqbal.

Disadari atau tidak, dipundak kita selalu ada beban. Ada tanggung jawab yang kita pikul. Yang selalu kita lupa, disekeliling kita ada orang orang yang mau berbagi beban itu, ada orang orang yang mau membantu kita memikul apa yang ada dipundak kita. Caranya bisa macam macam. Dengan mendengarkan, memberikan solusi bahkan sampai mengambil alih.

“Tidak ada yang kebetulan” Selama perjalanan, kita sangat dibantu dengan adanya 4 orang mas mas yang berbaik hati, dimana mereka sangat sangat open. Ngebantu kita bawa tas, ngasih kita logistic. Ikut duduk bareng ketika kita ngerasa kelelahan.  Dan yang pastinya mengawali kita depan belakang.

Dalam prosesnya, kita akan bertemu dengan senior yang mau mengawasi prosesnya kita menuju sukses. Memberi masukan. Membentengi kita untuk tetap berjalan on track.

Selama perjalanan, kita bertemu dengan banyak pendaki yang akan mendaki dan pendaki yang baru selesai mendaki. Saling bertegur sapa walau tidak saling mengenal. Terkadang kita mendahului orang lain dan sering kali kita di dahului orang lain. Ihihi.

Menuju suksses itu masalah proses dan Waktu. Ada kalanya kita melihat teman kita berjalan didepan, atau berjalan dibelakang kita. Terkadang kita di salip dari belakang, terkadang kita yang menyalip. Semuanya tergantung seberapa besar usaha kita untuk itu. Untuk mendahului. Pada hakikatnya, didahului atau mendahului hanya masalah waktu. Puncak sukses tetap diam disitu menyambut kita kapan saja.

IMG_2650

Selain itu, selama berjalan kita di peringatkan akan adanya lobang di kanan kiri jalan. Akar yang menghalangi jalan. Bebatuan. Tanjakan dan turunan. Komando biasa datang dari orang terdepan yang diteruskan sampai belakang. Mas Rizqi & Mas Wimbo yang mau memegangi, memberikan tangannya, menjaga. Mas Juki, yang senantiasa memberi informasi kepada Mas Iqbal, yang mengulurkan tangannya ketika menanjak. Mengawasi ketika turunan. Disana, aku melihat persahabatan itu seperti apa.

Jangan pernah takut kita berjalan sendirian. Akan ada orang orang yang mau mengulurkan tangannya ketika kita butuh bantuan. Akan ada orang orang yang senantiasa ngasi warning ttg segala sesuatunya. Akan ada sahabat dimana tulus untuk ngebantu dan nerima kita apa adanya. Pasti ada.

Perjalanan mencapai tujuan akhir kami Ranu Kumbolo menghabiskan waktu 8 jam. Yang seharusnya 3-4 jam. Bahkan ada yang 2 jam sudah nyampe. Mungkin kami terlalu banyak beristirahat. Mungkin kami kelelahan dengan barang bawaan kami. Mungkin kami kaget dengan medan yang kami hadapi.

Semuanya kembali lagi hanya pada masalah waktu. Mau cepat atau lambat, bagaimana prosesnya. Ketika kita melihat teman kita sukses dalam waktu lebih cepat. Mungkin mereka emang berjalan cepat. Meminimalisir istirahat. Sudah mengetahui medan terjang. Kita yang lama? Tidak perlu menyesal. Nikmati setiap proses yang sedang kita hadapi. Pada akhirnya, kita akan merasakan moment Indah pada waktunya. 🙂

Ranu kumbolo menyambut kami pukul 10 malam. Dengan hamparan tenda, beberapa lampu teplok dan ribuan bintang indah di langit. Buyar sudah kelelahan selama perjalanan. Indahnya alam. Dinginnya udara. Aku, sangat menikmatinya.

Indah pada waktunya itu emang benar adanya. Ketika itu, terbayar sudah peluh selama menjalani prosesnya. Akan ada saatnya kita mencapai titik klimaks. Mencapai titik dimana kita menikmati jerih payah kita. Menghela napas lega, sebelum akhirnya meninggalkannya.

Aku memilih untuk menghangatkan badan sebentar sebelum kembali ke tenda untuk istirahat. Menikmati hamparan bintang. Kalo bisa tidur beratapkan langit, beratapkan langit dah. Di tengah malem, aku serasa mau mati kedinginan. Sudah menambah jaket. Sudah menutupi leher dengan pasminah. Dan masih kedinginan. Aku membuka tenda memanggil Mas mas sebelah. Tidak ada yang menyahut. Aku terjaga beberapa menit mengkhawatirkan diri sendiri. Takut tetiba mas mas yang bising ditenda sebelah masuk tiba tiba. Sampai akhirnya aku tertidur lagi.

Ada saatnya nanti, kita Cuma bisa berharap pada diri kita sendiri. Bertopang pada kaki kita. Meminta bantuan tapi tak direspon. Butuh teman tapi tak ada. Saat itu, ingatlah ada Allah lebih dari cukup. Lebih dari cukup.

Hi, Ranu Kumbolo! :)

Hi, Ranu Kumbolo! 🙂

IMG_2572Jam 10 pagi keesokan harinya, kami memilih untuk bergegas kembali ke Ranu Pani. Menyelusuri jalan setapak kembali. Dan ternyata, begitu indahnya alam yang kami lewati. Pemandangan yang semalem terlewatkan karena hari sudah gelap. Serta perasaan tidak menyangka bahwa yang jalur yang kami lalui cukup curam. Jurang, air dan halangan lainnya selama di perjalanan.

Kelak ketika kita sudah kembali. Kita baru ngerasain bagaimana proses yang kita jalani menuju puncak. Terkadang kita terlalu focus untuk mencapai titik puncak sampai melupakan bagaimana kita melewatinya. Nantinya, kita jadi kangen gimana proses menuju puncak itu. Dan ingin mengulangnya kembali. Tapi sayang, waktu tak akan pernah mau berulang.  

Sad to say goodbye.

Sad to say goodbye.

Dangerously Beautiful Indonesia

Dangerously Beautiful Indonesia

Menghabiskan waktu di Ranu Kumbolo ngebuat aku berfikir proses menjalani hidup. Bahwa ternyata, mendaki gunung itu benar seperti menapaki karir dan impian dalam kehidupan. Ada kesinambungan proses di antara keduanya. Aku tentu belajar banyak hal, dari perjalanan kemarin. Tentang pertemuan, persahabatan, kesetiakawanan, kemandirian dan perpisahan. Dari semuanya, aku bersyukur. Bersyukur mendapat ilmu dari Alam tentang kehidupan.

Finish Line.

Finish Line.

PS. Tulisan ini pernah ditulis dan dipublikasikan di sini.