Kaya baru kemarin sore memutuskan untuk melupakan mimpi untuk menginjak Banyuwangi. Setelah berkali-kali berencana dan gagal melulu, saya mulai selow dan tidak lagi menggebu. Sampai pada waktu teman saya tiba-tiba ngajakin traveling, dan dengan impulsif nya, terjadilah pembelian tiket pesawat dan kereta api dalam sekejap mata.
And here we go, Banyuwangi!
Sudahlah ya, uang bisa dicari. Investasi memori kapan lagi. Pembelaan bagi orang yang baru saja kalap beli tiket ini.
Dulu, saya ingin ke Banyuwangi karena padang savananya, namun kemudian, saya diracuni untuk melihat fenomena alam yang hanya ada 2 didunia, salah satunya di Indonesia. Melihat blue fire. Jadi, blue fire adalah api biru yang muncul di tengah-tengah balerang didalam kawah ijen. Api biru, macam slogan kompor gas.
Setelah browsing, akhirnya saya tahu, bahwa untuk melihat blue fire ini tidak semudah turun dari mobil kemudian foto-foto. Harus jalan kaki kurang lebih selama 2 jam, dengan berhati-hati karena aroma belerang menyeruak.
Perjalanan rada panjang, karena saya harus menempuh jalan via udara Jakarta – Surabaya. Kemudian dilanjutkan dengan kereta api Surabaya – Kalisetail kurang lebih selama 5 jam. Pukul 11 malam, kami harus berjalan dari tempat kami menginap untuk dapat mengantri tiket pukul 1 pagi. Ya, perjalanan melihat api biru ini hanya diperkenankan lewat tengah malam.
Berjalan waktu dini hari dengan udara dingin yang menelusup ke jari-jari tentu saja bukan hal yang mudah. Namun, selama diniatkan untuk memperoleh sesuatu, tidak akan merasa susah. Kurang lebih 2 jam, kami berjalan kaki dengan santai. Medannya sendiri, menanjak landai dan curam, kemudian turun sampai bawah dengan medan bebatuan licin yang harus ekstra hati-hati.
Blue Fire bisa dinikmati kurang lebih sampai pukul 04.30 pagi. Silahkan untuk diancang-ancang, dengan estimasi perjalanan santai yang kurang lebih 2 jam. Pukul berapa harus sudah mulai jalan.
Iya sih, jalannya menurun. Tapi bebatuan. Sehingga butuh tenaga ekstra dan kehati-hatian yang mumpuni untuk bisa mendekat kearah Blue Fire.
Pada titik ketinggian tertentu, Blue Fire ini sudah bisa dilihat. Bawalah kamera SLR untuk bisa menangkap jarak jauh.

Setelah di zoom, dan menggunakan kamera handphone.
Daripada mendekat ke-arah Blue Fire, saya memilih berhenti diketinggian tertentu untuk menikmati fenomena ini. Terkadang jelas sekali, terkadang tertutup kabut.

Ketika hari mulai terang
Karena tak mungkin langsung meninggalkan tempat untuk sholat shubuh, saya memilih untuk sholat diatas kawah ijen. Bermodalkan sarung sebagai sajadah, dan aqua untuk sholat.

Kawah Ijen
Kebayang, ternyata dini hari tadi kami melewati sisi-sisi lereng kawah untuk bisa melihat fenomena Blue Fire.
Tempat ini akan ditutup dari awal jika hari hujan, dan dipaksakan tutup dengan meminta pengunjung untuk kembali ke pintu semula jika hari tiba-tiba hujan. Karena belerang ini membahayakan.
Untuk bisa melihat fenomena ini, hanya dikenakan tiket sebesar Rp. 7,500,-/orang.
Tips Alania untuk melihat blue fire.
- Olahraga sejak dini. Biar tubuh ga ‘kaget’.
- Bawa dan pergunakan masker untuk mengurangi hirupan belerang.
- Bawa minum secukupnya, biar tidak terlalu berat bawaan. Di pos 4, akan ada warung berjualan air mineral dengan harga 5000 untuk 600ml.
- Jika tidak mampu lagi berjalan, ada ‘ojek’ yang bisa mengantarkan sampai dengan titik tertentu dengan tarif 400 ribu sekali jalan (nego). Ojek yang dimaksud disini kita menaiki gerobak yang digunakan untuk mengangkut batu belerang. Didorong/ditarik dengan 4 orang. Setelah liat medannya, kita akan mengerti bahwa harga segitu adalah angka wajar.
- Tidak perlu memaksakan diri untuk turun sampai bawah. Carilah spot ditengah-tengah untuk bisa diam sejenak menikmati fenomena alam ini.
- Bawa kamera SLR. (jika ada)
- Blue fire akan padam sekitar pukul 04.30 pagi hari. Butuh waktu kurang lebih 2 jam untuk sampai di pintu keluar. Jika sedang sholat, sholatlah diatas kawah. Bawalah sarung untuk digunakan sebagai sajadah, mukena, dan aqua yang bisa digunakan untuk wudhu.
Jadi, gimana? Tertarik untuk melihat fenomena ini?
Wah, sayang sekali nggak ambil jarak terdekatnya ka. Pengen liat biar cuma via foto huhu
Udah ga kuat. Haha. Lagi ga enak badan juga, jadi ga maksain 😀
ahh liat blue fire yaa 🙂 beruntung banget
Iya, mbak Non. Rejeki-rejekian ya ternyataa.
Bagussnyaaaaa… tapi serem ya gelep2an gitu.
Pake headlamp mbaaaak 😀
Investasi memori kapan lagi >>>> suka dengan kalimat ini… investasi yang tak terbeli yaa
Betul, mba!
biar bisa lhat blue fire, bner-bner pnuh pengorbanan kdu setengah lari-lari d dini hari krna bnguny terlambat, waktu udah mau smpe bawah rameny gk kruan mna bau blerangny smkin mnyengat, yaudah keatas lagi😅emng kok klo mau lhat keindahan, perjuangany jga kdu berat 😂
Iyaaa banget. Aku malah ga ngoyo sampe bawah. Diem aja menikmati di tengah 😁
Pingback: Melahap Rujak Soto ala Banyuwangi dan Menjejaki Air Terjun Telunjuk Raung | alaniadita
Pingback: 5 Tempat yang bisa dikunjungi di Taman Nasional Alas Purwo | alaniadita
jadi inget pas ke ijen di 2015 lalu.. mau turun tapi ada yang nakut-nakutin pake masker.. sebenernya mau turun tapi rombongan masih kepisah.. akhirnya dinikmati saja dari atas dan apik banget.. toh nggak punya slr jd cukup diliat pake mata telanjang.. 😀
Setuju! Aku juga ga sampe bawah. Menikmati dan memuji kebesaranNya aja dari ketinggian yang cukup