Hai! Ternyata, tanpa keluar rumah Blog ini jadi ga ada isinya :))) Semacam udah kehabisan bahan untuk ditulis, jika aktivitas hanya sebatas #dirumahaja.
Gimana kabarnya temen-temen? Masih waras ditengah pandemi yang sudah mulai agak melandai grafik kenaikan kasusnya belakangan ini? Semoga ya. Sehat-sehat terus.
Saya udah mulai intesitas ke kantor lebih sering dari sebelumnya. KRL yang sebelumnya masih kondusif, udah mulai ramai lagi, nih. Sepertinya, banyak perusahaan di Jakarta yang sudah mulai kembali WFO.
Jadi aja, belakangan ini sering banget terjadi penumpukan penumpang di Stasiun. Antri panjang, udah kaya mau mainan wahana di Dufan. Muahaha.
Tapi ya, semenjak drakor-an 3 tahun lalu, moment moment ‘nunggu’ gini, engga lagi bikin ku bete, dong. Saya selalu punya banyak stock tontonan di Gawai, yang siap sedia nemenin saya menunggu. Iyes, ku bukan drakoran jalur pandemi. Udah duluan 2 tahunan, meski ga selama temen temen saya yang udah drakoran dari jaman sekolah/kuliah. Ahaha.
Untuk ini, saya dadah goodbye sama cari link link donwload yang banyak banget tahapannya kalo mau download tuh. Saya tinggal download aplikasi Viu di Playstore. :’)
Aplikasi Viu jadi salah satu aplikasi streaming yang menemani saya selama pandemi ini. Tentu saja awalnya karena deretan Drama Korea yang sayang sekali untuk dilewatkan, kesini kesininya saya jadi nonton banyak Variety Show Korea yang bisa banget bikin saya terbahak bahak ditengah keramaian.
Langganannya pun murah, saya hanya perlu subscribe Rp. 100,000,- untuk 6 bulan. Kalo mengingat, sekali masuk bioskop di Ibukota yang harga tiketnya Rp. 50,000,-. Dengan harga segitu, hanya bisa nonton 2 film. Sementara nonton drama korea di aplikasi Viu udah bisa nonton sampai gumoh gumoh dengan tanpa iklan, kualitas video HD. Sukaaa! :’)
Saya baru baru ini menyelesaikan 1 drama yang untuk pertama kalinya sepanjang 16 episode saya mewek meleeeee. Ya Allahu.
Judulnya Beautiful World, tapi ceritanya kaya ga ada Beautiful Beautifulnya. Huah.
Ini cerita tentang kehidupan sekolah menengah pertama. Tentang Bullying, tentang perkelahian karena sesuatu, tentang pemerkosaan. Makanya, aselik deh ga ada indah indahnya kaya judulnya.
Bicara tentang Bullying, jujur saja setiap issue ini diangkat, seringkali ku merasa can’t relate. Merasa tidak cantik dan populer, masa sekolah 12 tahunku lancar jaya tanpa pernah merasakan bullying/gencet gencetan.
Dilalah, malah adikku yang laki-laki yang sempet menjadi korban Bully waktu dia SD. Sekolah Dasar. Beruntung, kami memiliki Ibu yang full menjadi Ibu Rumah Tangga, sehingga bisa dengan cepat membaca situasi bahwa ada yang ga beres dari sikap adikku hari itu.
Setelah ditanya beberapa kali, akhirnya dia ngaku bahwa ada seorang temannya yang meminta uang jajannya. Ketika disamperin ke sekolah, keesokan harinya adikku diledek kembali, dianggap pengadu. Untunglah beberapa waktu kemudian, pihak sekolah ambil sikap, dan semenjak itu tidak pernah ada keluhan lagi.
Kisah yang diangkat di Drama Beautiful World, ga sekedar Bully seperti yang diterima adikku. Complicated sekali.
Seorang anak terjatuh dari Atap sekolah. Diduga saat itu ia sedang terlibat perkelahian bersama salah seorang temannya. Karena kurangnya saksi dan bukti, kasusnya dianggap kasus bunuh diri oleh Kepolisian setempat. Ini adalah perjuangan bagaimana seorang Ibu dengan segala feeling dan usahanya untuk membuktikan bahwa anaknya tidak bunuh diri.
Orang tua mana yang mau percaya kalau anaknya bunuh diri, kalau kehidupan keluarganya baik-baik saja.
Setelah putusan kepolisian keluar bahwa ini adalah kasus bunuh diri. Sang Ibu mulai mencari tahu dengan kecurigaan terhadap handphone dan journalnya yang hilang.
Seakan semesta mendukungnya, tiba-tiba salah seorang mengirimkan video dimana anaknya di gebukin dengan gang yang berada disekolah. Digilir ditendangin, sementara yang lainnya nonton dan videoin. Ibu mana yang ga histeris.
Dia mulai berusaha kembali untuk membuka kasusnya dengan informasi bahwa anaknya korban Bullying. Dia harus berhadapan sama ibu ibu dari si anak-anak jahat yang berusaha keras untuk menutupi kejahatan anak-anaknya ini dengan dalih takut masa depan anaknya.
Jahat. Anak orang tersiksa, mereka masih aja menutupi dan berusaha ‘nyogok’ si ibu. Kesel nontonnya.
Park Sun Ho, si anak lelaki yang diceritakan jatuh dari Atap Sekolah. Memiliki seorang adik pernah Park Soo Ho. Hidup bersama ayah seorang guru, dan Ibu yang buka bisnis toko roti bersama Bibinya.
Semenjak kasusnya ditutup karena dugaan bunuh diri, sementara Sun Ho masih terbaring koma. Satu keluarga ini saling membantu dan menguatkan untuk membuktikan bahwa Park Sun Ho tidak bunuh diri.

Sang Ayah memutuskan untuk mengambil cuti diluar tanggungan selama setahun untuk fokus mendampingi detektif mencari bukti. Sang Ibu bolak balik ke sekolah, menemui semua saksi yang memungkinkan untuk mendapatkan kesaksian-kesaksian. Sang Bibi ngambil alih toko kue agar tetap berjalan dan bisa membiayai rumah sakit. Adiknya, Park Soo Ho, yang hanya berbeda setahun, menulis petisi atas ketidakterimaan keluarga terhadap hasil penyelidikan polisi.
Abis nonton ini, saya tuh yang kaya, “Ya Allah beraaaaat banget jadi ibuuuuuu :(((((“
Tapi dari In Ha, Ibu Park Sun Ho ini saya belajar kalau;
Insting Ibu ga pernah salah. Hanya In Ha yang tahu bahwa ikatan sepatu pada hari kejadian, bukan ikatan sepatu milik Sun Ho. Tampak sekali bahwa itu direkayasa. Begitu pun dengan Journal sang anak yang hilang dari tasnya.
Dalam keadaan sesulit apapun, tetaplah tegar. Alih-alih jadi ga selera ngapa-ngapain karena sedang tertimpa musibah. In Ha menyiapkan makan untuk keluarganya dan bilang kalau, mereka butuh tenaga untuk melawan orang orang jahat dan bisa membuktikan bahwa anaknya ga bunuh diri.
Engga sok kuat. Ibu jadi sandaran untuk suami dan anaknya. Tapi bukan masalah besar juga kalau ia butuh sandaran suami dan anaknya. Gapapa, kita manusia biasa. Ga usah sok kuat dan sok tegar.
Ketika pikirannya ga rasional, ia berbesar hati untuk menerima dan berterimakasih atas pernyataan yang diberikan anak Bungsunya. Ia mengaku bahwa ia ga kalah dewasa ketimbang anaknya.
Membalas kejahatan dengan kebaikan. Pada prosesnya, ia dihadapkan pada penolakan-penolakan. Begitu keaadannya berbalik, dendam engga, dirangkul dan dipeluk iya. :”)
Oh iya satu lagi, dari In-Ha saya jadi tiba tiba punya kriteria memilih pasangan suami. Selain bertanggung jawab, mau untuk saling menguatkan. Sungguhlah, suaminya bukan suami kaya raya berduit dan punya power yang apa apa mengandalkan uang. Hanya seorang guru, support istrinya dalam berbisnis, mau ‘mengalah’ sebentar mengurusi urusan anaknya, dan saling berpangku pada pasangan. huhu.
Dari drama ini jadi belajar kalau, menjaga anak itu susah. Punya anak gadis, eh jadi korban kejahatan seksual. Punya anak laki-laki eh bully temen-temennya. Menciptakan keluarga yang harmonis dan bahagia aja bisa jadi sasaran temannya yang sirik karena ga mendapatkan kasih sayang keluarga yang sama.
Kalau orang orang suka bilang, drakoran buang-buang waktu aja. Buat aku drakoran jadi belajar banyak hal. Ga cuma tentang cerita romantis komedi doang, tapi lebih dari itu. Banyak banget drakor berbobot yang bisa jadi sarana kita untuk belajar. :’)
Jadi, sekarang nontonin apa lagi yaaa? Bareng bareng sih, yuk. Nonton Drama Korea lewat Aplikasi Viu.

Auto cari drakor ini, aaahhh
menarik bangett yak, plot dan konfliknya
Tokoh IBU juga super duper inspiring!