Satu hal yang saya syukuri belakangan ini, keluarga kami berada di pulau yang sama. Ga kebayang kalau harus melalui pandemi dengan orang tua masih di Batam. Saya bisa sakau homesick. 😥

Alhamdulillah orang tua serumah di Depok, Alhamdulillah Abang penempatannya di kota kelahiran Mama di Tasikmalaya, sementara Teteh ngikut suaminya tinggal di Sumedang. Semuanya masih di Jawa Barat.
Sehingga ketika PSBB dilonggarkan, kami masih bisa saling mengunjungi. Abang yang selalu menyempatkan pulang disetiap jadwal wfh atau libur panjang, rejekinya dia bisa nebeng sama atasannya yang juga pulang ke arah Jakarta. Jadi mengurangi kecemasan kami karena harus berbaur naik kendaraan umum.
Setelah terpapar covid-19 tahun lalu, saya cukup trauma untuk keluar rumah. Apalagi ketika orang tua kembali pulang ke Depok. Dikala kami terpapar, untunglah orang tua lagi ‘mengungsi’ ke Garut. Selain khawatir menjadi carier untuk orang tua dirumah, orang-orang yang ingin saya jaga adalah teman-teman kerja. Kami terpapar berjamaah, rasanya saya ga akan sanggup melihat kedua kalinya bagaimana teman-teman saya harus terpaksa terpisah dari anak-anaknya yang masih kecil.
Keluarga kami sangat senang berpergian, dasarnya hidup nomaden dari dulu, kami terbiasa untuk berpergian dengan kendaraan umum. Moda transportasi darat, laut, udara udah jadi ‘sahabat’ kami. Atuh da gimana, jalan-jalannya bukan lagi lintas provinsi udah antar pulau. Dari Aceh ke Kepulauan Riau, dari Kepri ke Pulau Jawa, belum traveling keluarga yang sampai ke Bali.
Begitu pandemi dan terbatas segala akses untuk kesana kemari, jadinya cari cara banget untuk tetap bisa saling bertemu.
Suatu hari, Abang yang ditinggal tebengan setelah liburan ke Depok memutuskan untuk sewa mobil dan meminta kami nganterin doi ke Tasik. Nah, karena mobilnya kosong ketika balik ke Depok, kami berinisiatif jemput Teteh yang di Sumedang supaya bisa main ke Depok. Sejak itulah, kami menemukan salah satu cara aman untuk bisa tetep saling bertemu namun meminimalisir bersentuhan dengan banyak orang; sewa mobil :’)
Dengan begitu, kami masih bisa ke Garut, dimana ada villa keluarga ua yang semenjak pandemi sepi penyewa, sehingga kami leluasa untuk numpang short gateway. Kapanpun teteh ingin pulang mengunjungi suaminya, kami akan dengan senang hati nganterin ke Bandung. Jika dirasa perlu untuk istirahat, biasanya kami akan staycation di hotel. Perkara hotel juga jadi keseruan tersendiri di kala pandemi, kalau sebelumnya yang penting promo dan variasi breakfast-nya, sekarang hotel berbalkon jadi prioritas utama. Kamar yang punya jendela bisa di buka sehingga sirkulasi udara lancar jadi pilihan teratas, no debat. :p
Kalau sedang reramean, menyewa villa jadi pilihan berikutnya. Dimana kami bisa memasak, beraktivitas dan seseruan sekeluarga tanpa perlu mendatangi tempat wisata dan bersinggungan dengan orang lain.
Untuk lebaran tahun ini, niatnya kami akan berlebaran di Garut. Mama papa akan menjalani puasa di bulan Ramadan di Depok dan di Tasik. Eh Qadarullah, ada informasi larangan mudik dari pemerintah. Orang tua langsung latah minta di anter ke Garut. Dari Garut mereka di jemput Abang untuk menjalani Ramadan di Tasikmalaya.
Mendadak (lagi) pemerintah memperbaharui larangan mudiknya dengan waktu yang diperpanjang, hal ini bikin orang tua kami yang rencananya akan pulang ke Depok sebelum tanggal 5 Mei memilih untuk berlebaran di Tasik :”)
Kita yang tetiba ga melalui Ramadan bersama orang tua jadi aja kepikiran, dan impulsif untuk menyempatkan sekali weekend untuk mengunjungi mereka ke Tasik. Sebernya karena cuma berdua, dan hanya weekend gateway kami bisa memilih untuk naik public transportation berupa kereta api/bus. Hemat biaya jelas jauh. Hanya saja, resiko sama uang yang bisa kami saving rasanya tidak sebanding.
Saya bisa mendadak terserang anxiety lagi selama di Tasik atau kembali dari Tasik. Huhuhu.
Sewa mobil masih jadi pilihan keluarga kami. Watir kena random check selama perjalanan, kami non stop driving Jakarta – Tasik. :’) Gantian nyetir bersama adik agar supaya ga mampir dan istirahat di Rest Area. Kami juga mandiri bawa kasur sendiri muahaha, karena ketika di Tasik mama sengaja menyewakan 1 kamar kost-an tersendiri biar kita ga gabung langsung.
Meski ga menjalani ibadah selama bulan Ramadan bersama, seenggaknya ada sekali kami buka puasa bersama. :’)

Selama ini, kami sewa mobil tetangga untuk berpergian selama pandemi. Tetangga rasa saudara, ga sungkan juga kalo kami semprot2 disinfektan sebelum dan sesudah di pakai.
InsyaAllah, awal bulan Juni nanti untuk pertama kalinya, kami sekeluarga akan terbang ke Batam dalam rangka pernikahan Abang. Sewa mobil jelas ga mungkin karena kami hanya butuh fasilitas drop off. Eh keingetan ada aplikasi layanan sewa mobil dan airport transfer https://www.trac.astra.co.id/ dan bisa di donwload juga di Play Store.

Untuk fasilitas Airport transfer sendiri, memungkinkan lebih dari 3 penumpang. Harganya bersaing sekali daripada kami harus memesan beberapa armada dari aplikasi online.
Rental mobil dari TRAC juga sudah menerapkan SMART Protocol, penyemprotan rutin setiap unit kenadaraan sebelum dan sesudah digunakan, jika sewa bersaa pengemudi, pengemudinya juga sudah melalui pemeriksaan kesehatan, mereka diwajibkan memakai masker dan sarung tangan, menyediakan hand sanitizer dan penerpan physical distancing.
Satu lagi sih yang bikin saya seneng banget dengan aplikasi TRAC ini, ada jasa penjemputan untuk penyintas Covid-19 dari Wisma Atlet. Sebagai penyintas yang teman-temanku banyak sekali isolasi disana, paham bener susahnya order armada ketika kepulangan. Semoga berkah terus buat Astra yang mempermudah penyintas covid-19 dengan fasilitas jemput anternya :”)
Monggo diinstall untuk dapat segera digunakan kemudian, pengguna Android dapat unduh disini, sementara untuk pengguna Apple bisa unduh disini.
liburan sekarang memang paling asik kalo pake kendaraan pribadi atau sewa pribadi kak