Saya generasi cicilan.
Perkara cicil menyicil udah jadi santapan hari-hari ketika saya masih bersekolah. Mama yang bayar biaya les kami dengan nyicil, Papa yang membelikan leptop saya dengan nyicil. Beli motor dengan nyicil.
Barang pertama yang saya impikan ketika kerja adalah Credit Card. Sayangnya, kala itu gaji saya belum cukup menjamin untuk bisa buat Credit Card. Padahal situasinya saat itu, saya kerja di Bandung sementara keluarga di Batam. Betapa mudahnya rindu saya terbayarkan jika saya bisa sering pulang dengan bantuan cicilan 😢.
Kebayang dong gimana rasa senangnya saya begitu Credit Card pertama yang saya punya setelah kerja di Ibukota. Kartu Sakti, begitu saya menyebutnya. Pada awalnya Credit Card ini seperti bentuk pencapaian, namun lama lama ia menjadi sebuah kebutuhan.
Generasi Millenial tanpa Credit Card. Iyakah?
“Generasi Millenial itu ga pake Credit Card, tauuuuk” Salah seorang teman berkata pada saya.
Jujur, saya sakit hati waktu denger doi ngomong gitu. Itu mungkin sekitar tahun ke-5 Saya menggunakan Credit Card. Credit Card yang memudahkan saya untuk bisa memberikan hadiah untuk ayah saya, yang memudahkan saya untuk bisa beli tiket pesawat sampai tiket konser.
Mungkin beliau belum tahu, bahwa saya menghidupi keluarga. Saya menitipkan beberapa kartu tersebut ke anggota keluarga dengan tujuan untuk berjaga-jaga. Mengingat saya banyak menghabiskan waktu beraktivitas di Jakarta, sementara kami tinggal di Depok.
Jadi, dalam keadaan darurat, CC itu bisa digunakan.
Continue reading →