Selama ini cuti terlama saya 3 hari jam kerja diluar akhir pekan. Sehingga waktu berlibur saya paling lama 5 sd 6 hari. Salah dua cara untuk bisa cuti lebih lama yakni menikah atau perjalanan ibadah.
Di tahun ini, akhirnya saya bisa menggunakan salah satunya, dengan melakukan perjalanan ibadah. ❤️
Cita cita saya untuk umroh sudah lama sekali, dari awal awal saya menginjakkan kaki di Ibukota, ibu saya bahkan pernah bercanda dengan bilang, “dek, kalau mau umroh, sering sering nonton mamah dedeh, suka ada quiz berhadiah umroh”. Lambat laun saya tahu, bahwa umroh harus dengan mahrom, kalo engga, nanti di aku aku jadi istrinya pak ustadz (yang bawa rombongan).
“Masa mau perjalanan ibadah udah bohong” begitu selentingan ucapan yang saya dengar. 🥲
Saya mengubur mimpi saya paling engga sampai 2 hal terpenuhi, saya punya mahrom (baca: suami) atau saya menabung sampai bisa mengajak adik atau orang tua untuk pergi bersama. Eh tahun ini, saya bisa berangkat tanpa harus memenuhi 2 hal tsb. 😌
Dimulai dari Maret 2023, adik saya tiba tiba whatsapp bilang, “Teh, Umroh mandiri, yuk!” saya bengong. Waktu itu saya abis nonton 2 konser kpop dan konser weslife yang secara harga tiket kalo diakumulasi ya 2 digit. Batinku, “ya masa beli tiket konser mampu, umroh engga mampu, ya”
Namun, saya belum setuju dengan konsep umroh mandiri jika belum pernah umroh bersama tour. Seenggaknya, ada pengalaman dulu lah pertama kali, kemudian baru lakukan secara mandiri.
Ga lama dari ajakan adik saya untuk umroh mandiri, tiba tiba saya tercekat dengan kalimat yang di lontarkan oleh salah satu tim saya dikantor, ‘Mba, bonus cair aku langsung alokasiin buat umroh. InsyaAllah tahun ini mau berangkat (lagi) bareng suami sama anak.’
DEG.
Belum cukup sampai saat itu, tiba tiba salah seorang temen kerja whatsapp bilang, “Mba, masa Rheo ngajakin Umroh”. eh terus ku respon impulsif, “LOH, AYOK!”
Namun situasinya pada saat itu, THR dan Bonusku untuk renovasi dapur rumah serta persiapan mudik lebaran dimana tahun ini seluruh keluarga akan berkumpul di Depok serta bawa liburan keluarga ke Bandung 🥲.
Ditengah perhitunganku, tiba tiba salah seorang donatur memberikan rezekinya sambil bilang, “bersenang senanglah, beli apa yang pengen di beli.”
Saya yang langsung buka e-commerce nyari barang barang yang masih tertonggok di keranjang, sambil memilih mana yang kiranya bisa di checkout. Tapi kepikiran lagi, semua yang aku inginkan ini wallahi duniawi dan ku mampu untuk beli sendiri.
Eh terus tiba-tiba, muncullah …

Terus tiba-tiba saya masuk dalam antrian, saya transfer DP dan saya memulai cicilan. Plot twist pertama, niatnya saya bersama Rheo dan Suryo yang ngajakin untuk Umroh bersama, namun gagal karena Rheo passportnya belum jadi, dan Suryo enggan kalau Rheo ga berangkat.
Saya sempet info ke beberapa orang terdekat dan sempat mendapati komentar miring terkait harga paket yang terlalu murah, taksiran hotel yang akan jauh dari mesjid, dan lain dan lainnya yang membuat saya akhirnya berhenti bercerita tentang niat perjalanan ini.
Karena bisa dicicil, akhirnya saya punya PR baru untuk bisa menyisihkan lebih banyak bulanannya, dari bekel tiap hari sampai naik busway biar cuma IDR3500 sampe depok namun butuh waktu sampai 3 jam untuk sampai rumah saya lakoni. Semesta mendukung dengan beberapa kali terlibat freelance sebagai Wedding Organizer, Paid Volunteer, menang arisan dsb yang menggenapkan kebutuhan untuk perjalanan ini.
Plot twist kedua, Rheo yang tadinya mau bareng dan telat bikin passport, akhirnya masih dapet rejeki untuk berangkat duluan seminggu sebelum perjalanan saya dengan harga 10 juta lebih murah. Lucky him and Lucky me, sehingga saya punya preferensi akan tour travel dan muthowifnya akan kek apa. 😌
Plot twist ketiga, perjalanan saya dan perjalanan Anis (tim saya) berbarengan hanya selisih beberapa hari, dimana akhirnya kami bisa bertemu full 3 hari di Madinah bersama. HC kantor kami tutup selama kami berdua berangkat umroh. Nabung berbeda, tour travel berbeda, nominal berbeda, tapi Allah perkenankan kami bersama selama di Madinah.
Hampir tertinggal di Bandara Istanbul.
Saya senang sekali bisa menginjakkan kaki di Turki. Meski bukan ke Cappadocia seperti mimpinya Kinan, saya senang bisa sholat Ashar di Hagia Sophia dan Sholat Maghrib berjamaah di Blue Mosque.





Menyebrangi selat bosphorus juga menciptakan kenangan tersendiri dimana saya bisa berjalan sejauh ini ditahun ini. 🥲 There’s a will, there’s a way. Alhamdulillah.




Karena jadwal yang mepet dan tertahan cukup lama di Imigrasi Instabul, saya terpisah rombongan dan harus berlari seorang diri ke Gate. Rasanya nano nano, karena bandara ini besar sekali, jauh dan sesekali saya ragu ragu.
Kalau tertinggal gimana? bisakah saya membeli tiket yang baru, bagaimana perjalanan saya berikutnya dan lainnya.
Giliran saya berhasil menaiki pesawat setelah diteriaki, “Jeddah last call! Jeddah last call!” deg degan saya kembali hadir melihat rombongan saya belum terlihat di bangku pesawat. Bagaimana kalau mereka yang tertinggal, bagaimana kalau hanya saya yang sampai.
Short Story, kami sampai berjamaah full team di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah 🙂
Hotel Madinah yang ndak Jauh dari Pintu 338

Pintu ini viral semenjak saya mencari tahu tentang saudi di Tiktok, bahwa pintu ini adalah Pintu Romantis dimana para suami akan nunggu istrinya dari pintu ini. Hotel saya ga jauh dari Pintu ini, meski harus melewati beberapa blok hotel, saya hepi karena setiap pulang dari mesjid saya jadi bisa jajan dan liat liat belanjaan.










Dan ga jauh juga dari Foodcourt viral yang banyak jual kopi hits serta pusat oleh oleh 1 riyal. Alhamdulillah.
View Pelataran Kabah dari Hotel Mekkah
Dari sebelum berangkat saya sudah tahu akan menginap di Hotel JW Marriot. Hotel bintang 5 yang selama di Indonesia saja saya belum pernah 🥲. Sempet mbatin saya sekamar bersama 5 orang lainnya, disaat kamar lain hanya berempat.
Belakangan saya tahu kalau, kamar kami guedeeee banget. Sekelas president suite yang kalau di OTA harganya 7 juta/malem 😭😭😭.

Di Mekkah saya juga berkesempatan untuk naik Taksi berburu Kurma dan cokelat langsung dari Pasarnya. Ga hanya diarea Masjidil Haram.





Perjalanan yang ga pernah terbayangkan akan terjadi di tahun 2023 ini buat saya terharu dan tentu saja banyak bersyukur Allah kasih kesempatan ini. Sampai Jakarta lagi baru saya tahu, kalau per Oktober 2021 pemerintah saudi tidak lagi mewajibkan mahram sebagai salah satu syarat perjalanan ibadah umroh ini.
Padahal mah, kalau tau muthowifnya kaya ustadz saya kemarin, ga usa diaku aku, dinikahin beneranpun aku mau. 😂😂😂
Plot twist terakhir, insyaAllah adik saya yang mengajak untuk umroh backpaker, tahun depan akan melakukan ibadah serupa dengan travel yang sama. Bismillah semoga Allah mudahkan segala rencana dan Allah kabulkan lagi doa doa yang saya panjatkan selama disana. Aamiin.
