Berbicara tentang Ibu/Mama, tidak akan pernah ada habisnya. Kehebatan masing masing malaikat tanpa sayap ini berbeda-beda bagi setiap anak yang dilahirkannya. Ada Ibu yang merelakan karirnya untuk keluarga, ditempat lain ada Mama yang masih bisa membagi waktu untuk tetap bekerja dengan tidak meninggalkan kewajibannya didalam rumah. Ada Ibu yang berjuang sendirian (single parents) membesarkan keluarga. Semuanya hebat. Setuju?
Mama saya sendiri tergolong di kelompok Ibu Rumah Tangga, beliau memilih berhenti kerja setelah menikah dan hamil anak pertama, Ayah saya tidak keberatan untuk itu.
Mamalah yang saya cium tangannya sebelum keluar rumah dan menyambut saya setiap pulang kerumah. Mama yang ketika saya dirantau, selalu punya feeling yang kuat, jika saya kenapa kenapa ditanah orang.
Jadi dulu, ketika di kuliah di Bandung, setiap pulang ke Batam dan kembali lagi ke Bandung, isi koper saya bukan baju-baju. Tapi sembako. 😀 Ceritanya, mama tidak bisa membekali saya cukup uang, sehingga yang ia bisa lakukan adalah belanja di koperasi kantor untuk menutupi kebutuhan sehari-hari saya. Kebayang kan, isi kopernya dari pembalut sampe garam. :’)
Cerita lain, kalau saya akan menghadapi UTS/UAS yang harus menggunakan kemeja. Mama-lah yang akan membelikan kemudian dikirimkan ke Bandung. Iyes, belinya pake CC nya papa. 😀
Jadi, selama saya kuliah minim uang cash. Hehe.
Awal-awal kerja, saya harus menghadiri beberapa meeting besar dengan vendor, yang kemudian mama inisiatif membelikan saya sepaket make-up untuk menunjang pekerjaan saya.
Setelah 5 tahun kerja, dan mulai menginjaki kaki dimana-mana, Mama belakangan mulai suka request gitu, ketika saya ke Bali kemaren, beliau minta dibelikan beberapa daster Bali. Begitu juga ketika saya di Jogja.
Saya jadi kepikiran, selama ini pernah ngasih apa aja ya, ke Mama. Beberapa yang saya inget; Continue reading