Sejauh jauhnya merasa bangga menginjakkan kaki disuatu tempat, toh pada akhirnya saya memilih untuk pulang. Se senang senangnya traveling kemana mana, pada akhirnya, rumah tempat pulang lah yang memberikan rasa nyaman. Iya, saya memilih untuk pulang, ditengah kegalauan libur panjang yang sebenernya bisa saja digunakan long trip ke suatu tempat.
Buat kamu yang dirantau, selain perlu untuk ber-solo traveling sekali saja seumur hidup, kamu harus nyobain sensasi pulang kerumah tanpa diketahui oleh orang rumah. Melihat ekspresi kaget dan senengnya ada kita didepan pintu rumah itu buat Bahagia tiada dua.
3 tahun yang lalu, ketika saya masih kerja sambil kuliah, saya sempet minta sponsor ke ayah saya untuk menyumbang dalam rangka liburan saya ke Bali. Disanggupi oleh ayah saya. Pada prosesnya, saya dan teman teman membatalkan niatan untuk berfoya foya di Bali. Dalam hitungan hari, uang tiket yang beliau berikan untuk ke Bali, saya beli untuk penerbangan ke Batam. Moment nya tepat ketika saya selesai pengajuan proposal sidang sarjana.
Tanpa sepengetahuan orang rumah, saya dini hari sudah ngeteng ke Soeta dari Bandung. Di Batam, dimana rumah keluarga saya berada, saya meminta jemput Nithi untuk mengantarkan saya pulang.
Ayah ibu saya tentu sumringah luar biasa. “Bukannya mau ke Bali? kok malah pulang?” saya ga pernah lupa bagaimana ekspresi bahagia saya pulang mendadak ini. Sebagai anak yang ngerasain gimana sedihnya kalo homesick tapi sikon ga memungkinkan untuk pulang. Sebagai anak yang pernah lebaran terpisah, gegara saya DBD dan berlebaran di rumah sakit. Saya pernah meyakini dan berjanji dalam hati, kesedihan itu tidak boleh sampai datang berkali kali. Semuanya harus berubah.
Percaya engga percaya, 4 bulan setelah saya memilih untuk pulang ketimbang traveling ke Bali bareng temen, Allah mengulurkan rezekinya dengan memberikan kesempatan saya dan keluarga liburan ke Bali! liburan yang tadinya saya arrange untuk sendiri, ternyata jadi ajang liburan keluarga. Menginjakkan Bali yang sungguh diluar dugaan kami.
Seiring berjalannya waktu, seiring tekadnya mimpi saya untuk berjalan jalan. Allah mewujudkan satu satu. Tempat demi tempat saya injaki. Teman demi teman saya repoti. Sampai mencoba untuk berjalan seorang diri, tanpa teman yang menemani, halah! Sampai akhirnya, saya berada dititik, saya merindukan sesuatu. Kenyamanan.
H-2 sebelum waktu libur tiba, saya memantapkan diri untuk issued tiket. Coming Home. untuk Pulang. :’)
Kali ini, setelah sempat galau siapa yang mau ngejemput. Repot sana sini. Akhirnya 2 jagoan saya yang berdiri menyambut saya di pintu kedatangan Bandara Hang Nadim, Batam. 🙂
Dalam sekejap, saya merasakan apa yang tadinya hilang itu. Rasa nyaman. Saya menyadari pada akhirnya, tempat ini yang saya rindukan. Orang orang ini yang bersama mereka liburan ini harus saya lewati.
“Terimakasih ya, Dek. Sudah memilih untuk Pulang. Memilih untuk menyenangkan hati mama, papa dan adik adik yang rindu pada kamu” — Mama, di Malam Pertama saya dirumah.
Kamu, masih galau untuk Pulang?
setuju mbak, memberikan kejutan kecil berupa pulang ke rumah itu sangat berkesan bagi orang rumah.. jadi inget 3 bulan lalu pulang cuma ngabarin adek untuk minta dijemput karena memang akses rada susah.. sampe di rumah bapak dan ibuk sampe kaget soalnya beberapa hari sebelumnya nanyain apa saya bisa pulang dan saya jawab tiket kereta habis tanpa bilang kalo memang mau naik bus.. 😀
Ih iyaaaa, aku sering banget kaya gtu. Seneng ya liat muka kaget ayah ibu ada kita dihadapan mereka :’)