Tahun ini memasuki tahun ke-7 saya tinggal di Ibukota. Ketika memutuskan mengadu nasib di Jakarta, keluarga saya tinggal di Batam. Sebuah pulau kecil di Kepulauan Riau. Cita-cita yang dulu selalu ingin diraih; Jalan-jalan keliling Indonesia. Tentu hal ini akan lebih mudah jika dijalani dari Jakarta ketimbang dari Batam, bukan?

Semesta mendukung, tiket promo, transportasi yang banyak pilihan memudahkan saya untuk jalan kesana kemari, sambil sesekali pulang ke Batam, bertemu keluarga. Toh, sejauh apapun kita pergi, keluarga adalah tempat berpulang, kan? Belum lagi Batam adalah kota terakhir papa dinas dimana sebelumnya beliau berkeliling dari Papua sampe ke Aceh.

Dua tahun yang lalu, keluarga saya memutuskan untuk ikut pindah ke Ibukota. Mengikuti adik bungsu yang akhirnya kuliah di Jakarta. Senang sekali mengetahui bahwa akan ada yang menemani ditengah kerasnya hidup di Ibukota. Namun disisi lain, ada perasaan, berarti ku takkan lagi ‘pulang’ ke Batam, dong, ya. 😦

Perasaan itu akhirnya saya rasakan ketika untuk pertama kalinya menginjakkan kaki ke Batam dengan kondisi keluarga tidak lagi di Batam. Aneh. Tidak ada adik saya yang berdiri di Gate Kedatangan, tidak ada rasa deg-degan karena kami (saya dan adik-adik) sering sekali bikin kejutan ke orang tua tentang kepulangan saya, tidak ada lagi mama papa yang menyambut sumringah didepan rumah.

Saya ke Batam dalam rangka menghadiri pernikahan salah seorang sahabat dengan perasaan yang tak dapat diungkap.

Saya merindukan rumah saya.

Saya merindukan berkeliling Mall bersama adik-adik.

Saya merindukan piknik keluarga ke Pantai yang sangat mudah di jangkau.

Saya menyadari bahwa mungkin saja, Batam bukan lagi menjadi tempat ‘pulang’ saya. Perlahan, kota ini akan menjadi asing untuk saya.

Sampai akhirnya, di waktu-waktu terakhir saya kembali ke Jakarta. Saya bertemu dengan seseorang, yang akhirnya kembali menjadi alasan untuk saya tetap ke Batam. :’)

Setelah bertemu dia, intesitas saya ke Batam jauh lebih sering daripada ketika keluarga saya masih di Batam. Keinginan untuk terus berkeliling Indonesia berhenti seketika. Keinginan saya hanya bisa sesering ketemu dia. Eeaalah.

Batam, ternyata masih menjadi tempat ‘pulang’ saya. Masih ada rumah yang ingin saya kunjungi berkali-kali. Menjadi tempat yang akan saya agendakan untuk didatangi disetiap saya menerima rezeki.

Iya, namanya juga orang jatuh cinta. Rasanya menggelegar aja terus kaya disamber geledek.

Saya menyambut tahun 2019 dengan penuh suka cita dan agenda untuk ‘pulang’ ke tempat dimana hati saya berada. Dilalahnya, ini ndak sebanding dengan harga tiket pesawat yang sejak awal tahun ampun-ampunan kenaikannya. Berkali kali saya di php-in oleh rumor bahwa tiket pesawat akan turun lagi.

3 bulan hampir saja berakhir, ketika saya uda tidak lagi berharap dengan tiket murah, ketika saya sudah mulai menerima bahwa harus menabung lebih gencar, tiba-tiba Harga gledek dari tiket.com hadir. Serasa diberi kucuran air dingin dikala cuaca yang senang panas membahana.

 

Bertahun yang lalu, jika ada tiket murah, di otak saya sudah banyak sekali destinasi yang ingin saya kunjungi. Saya akan kebingungan memilah rute dan tujuan mana yang ingin saya ambil. Namun kali ini, saya tidak lagi ingin kemana-mana. Tujuan saya hanya satu. Kembali ke Batam.

Menginjakkan kaki ke banyak destinasi impian adalah cita-cita saya dulu dan iya sampai sekarang. Namun tidak lagi menjadi prioritas. Bercengkrama duduk menghabiskan waktu bersama dengan orang yang kita nyaman berada disebelahnya, menjadi destinasi impian tersendiri yang berbeda dengan orang lain. 🙂

Terimakasih tiket.com, diskonnya sebesar gledek untuk memenuhi ingin saya yang sederhana.

Oh iya, terakhir, Online Travel Week Harga Geledek baru mulai 25 maret kemarin, yang ingin kesana kemari dengan diskon tiket pesawat dan hotel, letsgo tiket.com!