Sebuah Pengakuan dan Hadiah untuk Papa.

Apa hadiah yang pantas diberikan untuk seorang Ayah? Berbeda halnya, mencari hadiah untuk Mama. Untuk perempuan, agak sedikit lebih mudah untuk kita berikan sesuatu. Pakaian, tas, sepatu atau kosmetik kesukaannya bisa kita belikan. Meskipun, kemarin saya mencoba memberikan sesuatu yang ‘lain’. Tiket pulang kerumah. πŸ™‚

Sementara untuk Papa? Yang paling saya ingat, ketika dulu saya bersekolah di bangku SMP, saya mengajak kakak dan adik saya untuk patungan membelikan kado untuk ayah saya.

Baju?

No.

Sepatu?

No.

Jam Tangan?

Boro-boro.

Kami membeli kacamata hitam seharga Rp. 25,000,- πŸ˜€

Papa selalu menyempatkan diri untuk mengantarkan ke-empat anaknya ke sekolah sebelum beliau ke kantor. Dalam perjalanan, satu benda yang selalu dipakai adalah kacamata hitam. ‘Silau’ ujarnya jika kami bertanya kenapa beliau nyaris tak luput dari kacamata.

Nah, mendekati hari ulang tahunnya, kacamata hitam papa patah. Kamipun akhirnya sepakat untuk membelikan itu sebagai hadiah ulang tahunnya. Tentu aja papa senang, barang itu bermanfaat karena sesuai dengan kebutuhannya saat itu. :’)

Tahun lalu, menjelang ulang tahunnya, saya lumayan ‘mikir’ untuk membelikan papa hadiah. Sampailah saya teringat satu kejadian.

Waktu itu saya masih SMP dan janjian ke Mall bareng salah seorang teman. Papa meminjamkan handphone miliknya untuk saya bawa. Apes, di jalan, handphone tersebut jatuh. Saya tidak cerita sama sekali ke papa, walau dalam hati berniat suatu hari nanti barang itu akan saya ganti.

Papa yang pelupa, menganggap handphone tersebut jatuh dari tasnya bukan karena saya.Β  Beliau sama sekali tidak bertanya/mengintimidasi saya. Iya, papa saya baik sekali. πŸ™‚

Saya memutuskan untuk membelikan sebuah galaxy Tab, untuk menebus ‘dosa’ masa kecil saya. Bagaimanapun, saya pernah berjanji untuk mengganti. Meski janji itu hanya pada diri sendiri.

Bagaimana komentar papa? Beliau senang dan terharu, karena bagi beliau, barang itu adalah barang yang beliau inginkan sesuai dengan kebutuhannya saat ini. Hal ini dibuktikan dari hadiah saya yang beliau foto dan upload di media sosial miliknya.

Hari itu, sesungguhnya bukan hanya papa yang senang. Melainkan saya jauh lebih senang. Saya berhasil mengalahkan diri sendiri untuk jujur dan mengakui kesalahan. Papa menganggap itu hadiah terindah, sementara saya merasa telah memberikan 2 hadiah dalam satu waktu. Untuk papa, dan untuk saya ketika melihat papa bahagia. πŸ™‚

Hadiah, tidak selalu dan melulu tentang barang mewah dan bernilai mahal. Hadiah bagi saya tentang bagaimana, ketika itu saya berikan kepada oranglain menghasilkan ukiran senyum di wajahnya.

Papa, semoga papa berkenan, ya.:)

Bulan depan papa Ulang tahun, kira-kira papa dikasih hadiah apa, ya?

 

 

7 thoughts on “Sebuah Pengakuan dan Hadiah untuk Papa.

  1. wahyu eka arini

    Makanya yah, kalau mau kasih hadiah ke orang, itu emang harusnya yang kita suka bukan malah yang gak kita suka. Tersenyumnya penerima hadiah, bikin kita lebihhh bahagianya. :))

    Reply
  2. dani

    Huaaaa. Terharu bacanyaaa…. Terimakasih ya Mbak Dita untuk postingannya… *sok ikrib nih saya asal pakai nama panggilan Mbak Dita. Makasih sudah ikutan πŸ™‚

    Reply
    1. alaniadita Post author

      Terimakasih sudah mengadakan give away ini, ya, Mas Dani.

      Meski mepet deadline, buat saya ikut mengenang dan akhirnya membuat postingan ini. Hehe πŸ™‚

      Reply
  3. puputs

    sebenernya orang tua dikasih baju atau sesuatu yg dipakai juga yes sie, menurut gw

    kayak jaket atau sweter juga ok, kan enak dipake hadiahnya

    Reply

Leave a comment