Desa Sade adalah salah satu tujuan yang sayang untuk dilewatkan jika sedang mengunjungi Nusa Tenggara Barat, apalagi jika kita ingin mengunjungi Pantai Kuta, Tanjung An dan Bukit Marese.
Jangan kaget, ketika kita sampai di pintu masuk desa Sade kita akan dihampiri local guide yang akan menceritakan sejarah Desa ini. Tidak ada tiket masuk, namun kita dapat memberikan tip dan donasi seikhlasnya untuk local guide dan desa ini setelah menulis buku tamu.
Sama halnya seperti Desa Panglipuran di Bali. Desa Sade adalah permukiman warga dengan bentuk rumah yang sama. Local guide akan membantu kita untuk mengerti sejarah di Desa ini sambil berjalan dari rumah ke rumah.
Hampir disetiap rumah, ada yang berjualan kain tenun, tas dan gelang. Dipajang diteras rumah mereka masing-masing. Kebanyakan local guide, akan mengarahkan kita untuk membeli kain tenun di tempat ia/saudaranya. Sehingga, jika kita mampir untuk menawar atau membeli kain tenun, ia akan mencoba mengalihkan perhatian kita untuk tetap mendengarkannya beliau.

Pembuatan kain tenun, di teras rumah
Yang unik di Desa ini adalah, lantai rumah mereka yang terbuat dari kotoran kerbau. Menurut mereka, hal ini dilakukan untuk mengendapkan debu dan menghindari binatang seperti nyamuk. Pengunjung macam kita diperbolehkan untuk melihat seperti apa lantai yang terbuat dari kotoran kerbau ini dengan harus melepaskan alas kaki. Eeaa, yang mau sholat, diingat-ingat untuk dibasuh bersih-bersih, ya!
Untuk jenis rumah yang ada di Desa sade ini dinamakan Bale Tani, Bale Barugak, dan Bale Kodong. Bale Tani adalah tempat tinggal. Bale Barugak untuk tempat pertemuan, acara pernikahan dan sunatan. Sementara Bale Kodong adalah rumah berkapasitas 2 orang diperuntukkan untuk pasangan muda.
Khususnya untuk Bale Kodong, hanya cukup untuk satu buah kasur. Biar tidak bisa lari, katanya. Muehehe.
Sementara untuk Bale Rani, terdapat tiga bagian; Satu bagian untuk tempat anak Gadis memasak dan melahirkan. Bagian luar untuk ayah dan Ibu sementara Bagian kiri untuk anak laki-laki/ruang tamu.
Nah, desa ini berjumlah kurang lebih sekitar 700 jiwa dengan masih dalam satu rumpun keluarga. Disini, menikah itu antar sepupuan. Dan untuk bisa menikah harus menculik dulu orang yang akan dinikahinya. Orang sini mengenal dengan nama kawin lari atau kawin culik.
Sang gadis harus diculik dan dibawa kabur. Jika sampai ketahuan orang tuanya, diambil lagi. 😀 Baru deh, setelah orang tuanya tidak bisa menemukan anak gadisnya, sang lelaki mengutarakan keinginan menikah. Kemudian, menempati Bale Kodong sebagai tempat untuk bulan Madu.
Setelah mendengar seluk beluk dan cerita tentang Desa Sade, kita akan diarahkan untuk berbelanja di tempat/kenalan local guide kita. Range yang ditawarkan untuk membeli kain tenun sekitar 100 ribu – 350 ribuan, tergantung bahan dan jenisnya. Dengan diarahkan ke satu penjual kain tenun, bukan berarti kita tidak bisa membeli kain tenun ditempat lain.

Beragam kain tenun yang dijajakan
Saran saya, check juga toko sebelah untuk membandingkan harga. Karena pengalaman saya kemarin, banyak yang lebih murah ditoko sebelah. Daripada nyesek kan, mending effort sedikit untuk banyak bertanya. Dengan bahan yang sama, harga bisa berbeda.
Nah, jika kamu berniat ke Tanjung An juga, saya menyarankan untuk ke Tanjung An terlebih dahulu baru ke Desa Sade. Karenaaaa, dengan bahan dan jenis serta warna yang sama kain tenun di Ibu ibu yang menjajakan disepanjang pesisir pantai bisa dapat dengan harga 35,000,- atau 100,000,- per 3 pcs. Sementara di Desa Sade dihargai 120,000,-
Sebagai perempuan yang aware banget dengan yang beginian, jangan kalap mata dan tergesa-gesa dalam memilih, membeli dan membayar. Demi selisih harga yang lumayan untuk bisa dibelanjakan mutiara Lombok 😀

Mahal atau murah, yang penting happy!
Saya kena 150k mbak ditempat yg sama, unt selembar kain yg ‘katanya’ tenun tangan. Tp kalo beneran tenun tangan, harga segitu terlalu murah. 😀
Oh iya? :))) kena korban abang abang local guide juga atau gimana? 😂
Local guide yg ngarahin kelapak ibunya… Tp hikmahnya, kainnya blm sya apa2in. Msh sy simpen dilaci 🙂
Aku malah ga beli sebiji biji pun enggaaa. Dan sekarang menyesaaaal.
Nyeselnya gak kesini waktu di Lombok hihihi
Balik lagi 😂😂😂😅😅
Mau nikah mainnya culik culikan..
orang mah lamaran, ya. Malah culik-culikan 😀
harus punya kantong tebal
Belinya di pinggir pantai ajaa 😂😂
Pernah nonton di TV tentang desa tradisional yang lantai rumahnya pakai kotoran. Ternyata Desa Sade ini toh
Iyaaaakk! Disiniii. Heheee.
Pingback: Welcoming 2017 | alaniadita
Pingback: Medi-Call, Healthcare in your hand! | alaniadita
Saya nemu yang murah di pantai Kute lombok, kain tenun selimut 30 ribu, yang jual ibu ibu paruh baya. Besoknya ke Senggigi mampir ke Pasar Seni, barang yang persis sama ditawarkan 90 ribu.
Pantai Kute ini searah dengan Tanjung Aan kaaaan. Beneran mureh dengan kualitas sama ya sama yang mahalan. huhuhu
ka mau tanya,,,desa sade apa ada jam buka tutupnya?
Halo, ka Tina.
Kak, maafkan saya ga notice untuk waktu buka dan tutupnya. Semoga ada informasi lain di Google yaaa. 🙏