Welcoming 2017

*Melewati tahun 2016 dengan status yang sama.*

Eeaa.

Gimana acara pergantian tahunnya? Keluarga kami terbangun tepat 5 menit setelah pergantian tahun. Bukan untuk keluar menikmati fireworks, namun karena token listrik yang lupa diisi sehingga mati. Ibu saya, kalau yang namanya listrik mati langsung gelisah, beliau gelisah meresahkan kami serumah. Dilalahnya pukul 12 malem adalah waktu offline untuk membeli token via online. Adik saya mencoba ke Indomaret, namun sama saja. Alhasil satu jam pertama kami di tahun 2017 dihabiskan dengan menunggu waktu online untuk membeli token. Haha.

Tentang merayakan tahun baru ini sendiri, sudah lama sekali kami sekeluarga tidak ikut euforianya. Dulu banget, sekali-kalinya ikut kumpul melihat fireworks membuat kami kejebak macet nyaris sampai jam 3 pagi. Setelah itu, ibu saya kapok untuk tahun baru di luar rumah. Meski beberapa tahun terakhir, momen tahun baru sering sekali kami sedang kumpul keluarga, biasanya dihabiskan dengan nonton tv dan tidur. Seperti tidak ada apa-apa.

Banyak orang yang menilai tahun 2016 adalah tahun terbaiknya, dimana ada yang memulai karir, menikah, menjadi orang tua, dsb. Namun diantara suka cita tersebut, ada juga yang melewati tahun 2016 dengan sangat berat.

Pada penghujung tahun 2016, ada beberapa kabar duka yang jujur saja buat saya jadi diam merenung dan berujung pada bengong panjang. Meninggalnya Iqbal Rois, beliau adalah suami dari kakak kelas SMP & SMA saya sekaligus tetangga saya di Batam. Alm adalah seorang cancer survivor yang ditengah sakitnya masih menyempatkan diri untuk ngeblog. Ketika meninggal dunia, semua orang mengenalnya dengan sangat baik, beritanya menjadi viral di media sosial. Meninggalkan seorang istri dan satu anak sholehah. Menuntaskan hidupnya dengan baik.

Belum lama sedih akan berita itu sirna, satu kabar duka yang mengagetkan adalah meninggalknya suami dari Kak Lia. Kak Lia adalah kakak kelas saya selama SMA. Kita pernah dalam satu organisasi bareng, satu perkumpulan anak-keluarga-Telkom dan kuliah di kota yang sama, Bandung. Saya adalah pembaca setia Blog-nya. Mengikuti jejak kak Lia dari jaman Friendster, twitter sampai ke Blognya. Sama halnya dengan Alm Iqbal, Alm Abang Sornong juga menggemparkan dunia sosial media. Ini karena, apapun yang kak Lia kerjakan, dunia kerja, dunia sosial, dunia relawan, dunia tulis menulis, selalu ada Bang Sornong didalamnya. Bang Sornong sendiri juga adalah orang yang melek digital. Sehingga ya, berita kepulangannya pun menjadi viral di media sosial.

Meninggal diusia muda dan dikala umur sedang produktif buat saya jadi mikir panjang banget. Alm Mas Iqbal yang selama hidupnya sehat, dan tiba-tiba divonis kanker stadium 4. Serta Alm Abang Sornong yang meninggal tiba-tiba karena kecelakaan. Menyadari saya bahwasannya mati tak kenal usia. Bisa merenggut siapa saja tanpa usia tua. 😦

Poin lain yang menggugah saya adalah, keduanya meninggal dengan sangat baik. Orang-orang yang ditinggalkan bisa mengenang mereka sebagai apa. Saya pernah baca sebuah buku, dimana di tanyakan, ‘Jika kamu meninggal nanti, ingin dikenang sebagai apa?’ Alm Mas Iqbal & Alm Abang Sornong sudah melakukan sesuatu untuk bisa dikenal sebagai apa.

2 hari sebelum pergantian tahun, saya diminta mewakili divisi untuk hadir takziah atas meninggalnya adik dari sepupu direktur pengelola perusahaan. Almh Nisya. Saya percaya tidak ada yang kebetulan dalam ‘penugasan’ itu.

Almarhumah masih sangat muda, 24 tahun. Saat meninggal, ibunya sedang berada di Singapore untuk menemani kakaknya yang tengah berobat. Almh sendiri meninggal setelah mandi yang rencananya akan menyusul ibunya ke Singapore sekalian merayakan tahun baru.

Manusia boleh saja berencana, namun Tuhan punya kuasa. Dihadapan saya persis, saya melihat ibunya didampingi oleh kakak sepupu dari Almh berjalan tegas memasuki ruangan rumah, melintasi para pelayat, menghampiri jenazah, duduk disebelahnya, mengelus dan mencium anaknya sepenuh hati. Anak yang seharusnya tadi ia sambut di Bandara, saat itu malah menyambutnya dengan tak lagi bernyawa. Anak yang kemarin masih bisa merespon kasih sayang seorang Ibu, kini terbujur kaku.

Bohong kalau saya bilang saya tidak kepikiran dengan rentetan kematian didepan mata ini. Hampir semua resolusi yang pernah saya buat sifatnya duniawi. Tanpa menyadari sepenuh hati bahwa mati menanti.

Akhir tahun 2016, membuat saya hanya ingin berada didekat keluarga. Menikmati ngobrol sampai pagi bersama adik-adik. Menggoda mama dan papa. Ya barangkali waktu saya nanti tak akan sebanyak ini. Apalagi kelak, jika menikah.

Dibalik rentetan kejadian yang Alhamdulillah bikin saya jadi muhasabah, banyak hal baik juga yang terjadi dalam hidup saya selama setahun terakhir ini yang buat saya ingin terus mengucap Alhamdulillah.

Kalau instagram punya 2016bestnine, di tahun ini saya punya 9 best moments.

PhotoGrid_1483376483459.jpg

Mengunjungi Tempat baru; Traveling ke Cirebon

Jalan-jalan tidak jauh, tapi entah kenapa berkesan sekali buat saya. Ini terjadi karena ketika long weekend saya harus ke Bandung, tiket kereta api Bandung – Jakarta sudah habis, namun Cirebon – Jakarta masih ada. Sehingga yang terjadi adalah, saya iseng pulang ke Jakarta via Cirebon.

Terlibat menjadi Fasilitator di Kelas Inspirasi Jakarta

Meski cuma satu kali, tahun ini masih bisa ambil bagian dari Kelas Inspirasi. Kenapa Jakarta? Karena aneh rasanya berkelana mengejar kelas Inspirasi dimana-mana, tapi dikota domisili sendiri tidak. Menyenangkan karena kebanyakan inspirator, mengikuti kegiatan ini untuk pertama kalinya. dan yang paling bikin bahagia adalah tidak ada satupun inspirator dan dokumentator yang mundur. Perfect team ever.

Lolos menjadi peserta Voluntrip Round 2 dan Panitia Acara Voluntrip Round 3.

Sebagai penggagas One Day Fun Doing Fun, saya merasa perlu untuk mengikuti kegiatan sosial lain selain ODFDF. Lolos seleksi dari ratusan pendaftar Voluntrip menjadi kesan tersendiri di tahun 2016. Berbekal menjadi peserta mengantarkan ikut serta kepanitiaan di Voluntrip Round 3.

Mengadakan One Day Fun Doing Fun Batch 5 di Bogor

Setelah ODFDF Batch 4 di laksanakan di Yogya, mulai deh memasuki waktu dimana kakak-kakak bertanya, ‘kapan One Day lagi?’ targetnya April dan melesat ke Mei. Tak apalah, karena konon terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali. Sama seperti Kelas Inspirasi, sayangnya ODFDF hanya bisa dilakukan satu kali selama 2016, semoga nanti lebih baik.

Kembali ke Lombok

Menginjakkan kaki kembali ke Lombok adalah satu hal yang tak pernah terpikirkan oleh saya. Bagaimana tidak? Menginjakkan kaki di Lombok satu kali aja seperti mimpi besar yang menjadi kenyataan. Tuhan maha baik, baginya pantas untuk saya menginjakkan kaki sekali lagi. Semoga esok masih milikku lagi, kesempatan itu datang lagi. Untuk bertandang kembali.

Mengajak Mama, Papa dan Adik untuk hidup di Jakarta

Setelah 4 tahun papa memasuki masa purna baktinya dan menunggui adik bungsu yang masih sekolah di Batam, akhirnya papa mama memutuskan ikut pindah ke Ibukota setelah adik saya dinyatakan lolos di Universitas Al Azhar.

Meski keuangan saya sempat terkaget-kaget dan bikin saya galau setengah mati, karena takut tak tercukupi, takut tagihan tak terbayar, takut perlahan menjual aset. Perlahan saya yakin bahwa saya lebih takut tidak bisa berbakti dengan baik. 2 hal yang tidak dapat ditunda selama hidup; berbakti pada orang tua dan berbuat kebajikan. Bismillah, bisa!

Mengunjungi Tempat Baru; Wedding Trip ke Sumatera Barat

#BawaNiakePadang2016 disponsori oleh undangan pernikahan dari Kak Febby. Meski impulsif, pulang dengan bahagia karena salah satu bucket list berhasil tercoret.

Menyelesaikan 30 Days Challenge di RulaWoman

Saya percaya bahwa dikemudian hari skill apapun akan menyelamatkan hidup. Anggaplah suatu hari nanti saya tidak akan bekerja sebagai orang yang harus hadir dari pukul 8 sampai 5 sore. Untuk saat ini, saya ingin mendalami ilmu tentang menulis. Apapun itu. Berawal dari iseng ikut workshop di rula Creative hub 1 berujung pada menuntaskan satu persatu challenge yang diberikan. Salah satunya adalah nulis artikel satu hari satu kali. Semangat diawal, kendor ditengah dan kelimpungan diakhir nyatanya saya bisa menyelesaikannya.

Mengunjungi Tempat Baru; Traveling ke Banyuwangi

Kalau tahun lalu, saya dikagetkan dengan Traveling ke Banda Aceh, tahun ini Tuhan kasih lagi dengan Traveling ke Banyuwangi. Ya ampun, pengen ke Banyuwangi ini udah dari kapan taun, terus gagal melulu karena jauh dan tiket mahal. Jadi ya sudah ya, seiring jalannya waktu terlupakan.

Yang saya lupa, bahwa Tuhan terlanjur memeluk mimpi saya ini. Akhirnya kejadian deh di penghujung tahun 2016. Dan bener-bener jadi unforgetable journey. Happy!

Tentang harapan di tahun 2017, saya pengen lebih serius memperbaiki diri. Sesederhana datang ke kantor sebelum jam 8, Ibadah on time, Mengerjakan yang sunnah, Berbuat baik. Ada beberapa poin yang saya tulis dengan detail juga dibuku agenda, inisik mimpi jangka panjang, tidak harus terlaksana di tahun 2017.

Selamat datang 2017, semoga keinginan menjadi lebih baik hadir setiap hari, bukan setahun sekali. 🙂

 

19 thoughts on “Welcoming 2017

  1. Fauzi Amiruddin

    Pencapaian di 2016-nya banyak ya. 11/12 lah dengan punya aku #ehh. Bicara soal kematian, emang 2016 ini saya juga menyaksikan banyak teman-teman seperjuangan saya pergi lebih dulu menghadap ilahi. Ini bener bener nasehat, kalau ajal datang tak terduga. Banyak2 bermuhasabah deh. Kak iqbal rais meskipun gak pernah ketemu, cuma kenal lewat blog, saya sempat merenung lama dibuatnya, sekaligus gak nyangka.

    Btw, token listrik bisa dibeli lewat atm loh -_-

    Reply
    1. alaniadita Post author

      Iyaa sama. Kamu keren, jalan jalan heratisnya banyak 😂😄

      Kalo ngefollow twitternya sejauh ini juga masih sering share cerita di blog. Twit terjadwal kayanya sih ya.

      HAHAHAHA serius bisa? Ga kenal offline? Ku coba internet banking bca, bsm dan tokopedia ga bisa semua dong. 😥

      Reply
  2. liandamarta.com

    Sejak suamiku meninggal aku juga jadi sering mikir soal hal ini, Isni. Kalo kita gak akan pernah tau kapan maut datang menjemput. Yang harus dilakukan adalah mendekatkan diri selalu kepada Allah dan senantiasa berbuat kebaikan. Semoga pada waktunya nanti, kita bisa pergi dengan meninggalkan kesan baik bagi orang-orang di sekitar kita. 🙂

    Selamat menjalani tahun ini dengan penuh suka cita ya, Isni. Dan selamat berkumpul kembali bersama keluarga tercinta 🙂

    Reply
    1. alaniadita Post author

      Bener banget, kak Lia.
      Just do our best, ya. Seperti halnya yang udah dilakuin sama orang-orang yang mendahului kita. Tetap semangat ya Kak Lia 🙂

      Bismillah, yuk kita mulai!

      Reply
  3. Pingback: Tentang apa-apa yang ingin digapai pada 2018 | alaniadita

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s