Suatu malam disela sela lembur saya di meja kerja. Saya ngerasa bosen, jenuh dan males untuk melanjutkan pekerjaan. Saya buka laman facebook & twitter. Scroll scroll timeline sampai akhirnya saya membuka tab baru beralamat kelasinspirasi.org. Ada dua kelas yang terbuka pada saat itu, Maninjau Utara dan Lombok. Secara waktu, lebih cepat yang maninjau. Namun, setelah saya check ricek kalau maninjau itu harus via Makassar, saya mengurungkan niat. Asa serem mau terbang kesana teh dibulan bulan musim hujan begini. Maka, saya iseng milih yang lombok.

Sebelumnya saya pernah mendaftar dan ditolak. :))) Eh ternyata, kebaca deh minimal kerja 3 tahun. Oh iya, yang belum tahu tentang kelas Inspirasi, Kelas inspirasi ini dibawah Indonesia Mengajar. Bedanya, kalau Indonesia Mengajar satu tahun, Kelas Inspirasi ini hanya satu hari. Kita diminta untuk siap cuti. Kan, ngajar di jam sekolah anak.

Saya sih emang iseng iseng nulisnya. Kalau keterima, saya sekalian jalan jalan. Kalau engga ya, saya emang disuruh nabung kali 😀 Dan disinilah saya kemarin, di Desa Gunung Sari, bersama 13 relawan yang sama sama ditugaskan untuk berbagi didesa ini.

Kita sih uda di briefing, bahwa kondisi kesana berjalan agak 1,5 km mendaki gunung melewati lembah serta melihat sungai. Dan beginilah penampakan akses menuju sekolahnya. Setelah mendaki gunung melewati lembah, kita beneran aja dong melewati sungai mengalir indah ke samudera. Ini dia tim relawan yang akan berbagi di SD N 3 Bukit Tinggi.

Eh, berbicara tentang para relawan, mereka keren keren banget. Profesinya oke oke. Mba Miri dan Mas Arya yang kebetulan suami istri, bela belain terbang dari Singapore buat ikutan kegiatan ini. Ada Aisyah, dokter internship yang bela belain terbang dari Surabaya. Ada saya, Febby, Mbak Lia dan Mbak Sari yang kebetulan satu pesawat dari Jakarta,Mba Arisia yang juga dari Jakarta dan sisanya temen temen lokal. Seneng banget, bahwa ternyata masih banyak orang yang peduli dengan pendidikan. Bela belain untuk membeli tiket dan segala akomodasi yang tentunya ditanggung oleh sendiri itu. 🙂

Senang sekali ketika Plang SDN 3 Bukit Tinggi sudah terlihat di sebelah kiri jalan. Perjalanan tak akan jauh lagi.

Hal pertama yang dilakukan setelah menemukan sekolahnya; ngelap keringet sama minum minum. Sejenak menghilangkan ngos-ngosan 😀Tidak membuang banyak waktu, koord kami ketika itu, Mba Elli, segera membuka kegiatan ini. Mengurutkan anak anak berdasarkan kelasnya. Memperkenalkan kami sebagai guru seharinya. Ada yang lucu ketika kami memperkenalkan diri. Kami berusaha untuk menyebutkan profesi kami sesederhana mungkin dengan bahasa yang mudah mereka pahami. Tapi yang ada malah kok ya aneh.

Misal; Halo, adik adik. Nama bapak, Pak Arya, Bapak bekerja sebagai Penasehat. (padahal mah, di nametag nya Konsultan) 😀 Halo, adik adik. Nama saya Febby, Ibu bekerja sebagai tukang ngatur orang. Ngatur orang :D. (padahal mah, di nametag nya Human Resources) Halo, adik adik. Nama ibu Miri. Ibu bekerja sebagai Tukang gambar. (padahal mah, di nametag nya Design Grafis Kreatif) 😀

Jadi ya, nama profesi kece kece di nametag seketika berubah langsung menjadi serba “tukang” 😀 Emang ya, bahasa inggris merubah semua menjadi jauh lebih berkelas. haha.

Saya, Febby, Mas Rizal dan Mba Sari satu tim untuk berkeliling dimulai dari kelas 1 dan 2. Kemudian kelas 3 dan 4. Dan berakhir dikelas 5 dan 6. Tantangannya adalah, siswa kelas 1 dan 2 jarang yang bisa berbahasa Indonesia. yuwk! Saya memilih untuk tidak menjelaskan profesi saya disini. Akhirnya, yang saya ajarkan adalah.. nyanyi nyanyi hore. 😀

Kemudian, berganti ke kelas sebelahnya dimana kelas 3 dan kelas 4 digabung menjadi satu. Agak krik krik, karena mereka pasif. Saya akhirnya mengerti dan mencoba memahami betapa susahnya menjadi guru ketika, tampang muridnya terlihat tidak semangat. 😦 Mungkin kami yang belum bisa membawa suasana lebih menyenangkan. Di 35 menit terakhir, kami masuk kedalam kelas 5 dan 6 yang digabung menjadi satu. Disini, anak anak lebih aktif dan menyimak serius.  Ketika suasana agak membosankan, Mbak Sari akan meminta saya untuk mengambil alih kondisi dan mengajak mereka bernyanyi, berjoget dan bergembira bersama.

Dari kelas ini, saya belum bisa maksimal menyampaikan apa profesi saya kepada mereka. Saya mengambil kesimpulan, sepertinya emang saya cocoknya jadi guru TK yang hore hore. 😀 Atau karena ini kelas pertama saya, sehingga saya juga masih banyak pertimbangan ini itu. Saya sih, akan tetap mengikuti kelas kelas Inspirasi berikutnya. Ingin mengukur diri, sampai yang keberapa kali saya bisa menguasai medan kelas. Menjelaskan secara jelas. Menyampaikan dengan baik ke anak anak berseragam putih merah ini. Intinya, saya ga akan menyerah. \o/Popotoan di sela sela jam istirahat. Ini anak anaknya ngegemesin abis. Meski tanpa kaos kaki dan sepatu, mereka pinter pinter banget. Berani. Meski harus berjalan kaki sejauh 3-18 km melewati hutan, membelah sungai, mereka tidak mengeluh. Ah kalian :’) Sebelum pamit untuk pulang, kami tentu saja meminta foto bareng bersama anak anak dan juga guru guru yang mengajar di SD Negeri 3 Bukit Tinggi ini. Selesaikah kami setelah bersalaman pamitan? Belum dong. Kita harus kembali berjalan kaki untuk menggapai pinggir jalan yang bisa diakses oleh kendaraan. Matahari tepat diatas kepala. Dan semangat kami tetap menyala.   

Rasanya menyenangkan bisa berbagi dan saling menginspirasi. Saya tidak hanya terinspirasi dengan anak anaknya, tapi juga dengan para relawannya. Saya juga sangat mengapresiasi kerja keras panitia lokal untuk sukses dan lancarnya acara ini.

Suatu hari nanti, kalau saya merasa jenuh, lelah akan hidup, saya bakalan inget kalo saya pernah bahagia disaat saya berbagi. Saya tahu saya harus apa untuk tetap berbahagia.

“Jadilah apa yang kamu mau, Berkaryalah untuk tanah airmu” – Kelas Inspirasi Lombok.