Entah itu akan jadi Panitia, Inspirator, Fasilitator ataupun Dokumentator. Ingin sekali untuk tetap menjadi bagian dari Kelas Inspirasi. Karena lirik akan “masa yang akan datang, kewajibanmulah..” selalu teriang. — alaniadita.
Hua! Betapa merindunya lingkungan sekolah. Terakhir kali ikutan Kelas Inpirasi, Oktober 2015 di Bogor. Setelah itu, sempet berniat ikut KI Sukabumi,namun batal karena sesuatu hal.
Apa sih yang bikin ingin balik lagi, ingin balik lagi ke lingkungan kelas Inspirasi? Saya pribadi sih, karena nagih. Saya suka sekali anak kecil dan saya sempet pengen jadi guru. Haha. Eh iya, saya juga pernah berharap bisa jadi bagian dari Pengajar Muda, namun pupus di seleksi dan izin orang tua. Maka, Kelas Inspirasi adalah solusi. 😛
Pertama kali ikut di Lombok, saya menyadari bahwa saya gagal menginspirasi. Saya merasa pesan yang saya sampaikan, tidak sampai. Bahkan ketika pulang, saya merasa mereka masih tidak mengerti apa itu pekerjaan HRD. Kemudian, saya mencoba ke Bandung. Saya coba untuk mencari metode yang pas untuk menyampaikan profesi ini. Dikelas besar (4-6) pesan ini bisa sampai dengan baik.
Dari 2 KI ini, saya mendapatkan sudut pandang lain. Di Lombok, anak-anaknya semangat untuk belajar, menempuh perjalanan ke sekolah berkilometer, cita-cita sederhana seperti hanya ingin menjadi ustat. Kemudian, saya terkaget-kaget dengan sekolah di Bandung, dimana anak-anaknya lebih modern, mengenal gadget, cita-citanya pun beragam seperti ingin menjadi tukang parkir, preman, pemain sinetron ganteng-ganteng srigala. Yang sedikit ‘menampar’ adalah ketika anak-anak di putih merah ini, sudah mengetahui testpack. 😦
Disitu, saya merasa, saya pun punya tanggung jawab besar untuk dunia pendidikan di Indonesia. PR besar. Bahwa begini adanya potret pendidikan Indonesia. Mimpi saya bertambah, saya ingin keliling indonesia melihat pendidikan dikalangan anak sekolah dasar. Sejauh apa lingkungan rumah dan sekolah telah mempengaruhi perkembangannya.
Selanjutnya, saya memilih untuk ke Semarang. Disana, saya niat sekali menyiapkan bahan ajar sampai membeli gadget sebagai medianya. Saya kembali menilik pola lingkungan anak-anaknya di tempat saya mengajar. Not bad, mereka tidak terlalu ‘kota’ dan juga tidak terlalu ‘desa’. Cita-citanya masih okelah, seperti dokter, tentara, banker, ada satu dua orang yang ingin menjadi supir kobelko. Supir alat berat yang setiap pagi mereka lihat di depan sekolah mereka.
Setelah itu, salah seorang orang terdekat saya pernah sekali memberi kritik dalam perbincangan kami, yang saya tangkap, dengan sikap saya, sepertinya belum saatnya saya menjadi inspirator. Saya dianggap belum layak sebagai pemberi inspirasi. Jujur saja, saya down ketika itu. Merasa dijatuhkan ditengah-tengah kesenangan berkeliling melihat pendidikan di berbagai daerah. Saya akhirnya intropeksi untuk calm down, gimana juga, ga semua orang bisa jujur blak-blakan mengutarakan kekurangan kita, bukan?
Di kesempatan berikutnya, saya mendaftar sebagai Fasilitator di Kelas Inspirasi Bogor. Saya ga jadi Inspirator kok, tapi insyaAllah tetep bisa kontribusi untuk Kelas Inspirasi. 🙂 Rasanya? menyenangkan. Meski terkadang rindu berada didepan. :’) Saya sempat membawa satu sesi mengajar karena keterbatasan inspirator. Lumayanlah, mengobati rindu.
Berikutnya, saya membuka laman kelasinspirasi.org sambil bengong, berkhayal, kemudian menutup kembali. Hati saya seperti bilang, belum saatnya lagi. Pernah sekali, ditengah rindu-rindunya, saya daftar Kelas Inspirasi Sukabumi. Kemudian dinyatakan lulus, dan sudah dimasukkan kedalam grup kelompok. Lagi, entah kenapa saya gamang sekali. Ragu-ragu. Pada akhirnya, saya memilih untuk tidak jadi ikut.
Awal tahun 2016, Kelas Inspirasi Jakarta membuka pendaftaran bukan hanya untuk inspirator dan dokumentator, namun juga untuk fasilitator. Kapan lagi bisa jadi fasilitator di kota domisili sendiri. Saya tak perlu mengeluarkan biaya akomodasi dan transportasi untuk ini. Daftar deh. Setelah sempat gagal seleksi Kelas Inspirasi Jelajah Pulau, saya ga ngarep dengan KI Jakarta. Eh dilalahnya, tiba-tiba sudah ada grup baru di whatsapp saya, Rangers KI Jakarta 5 😀 yeay!
Yang paling saya suka dari Briefing Day ini adalah, banyak sekali ilmu tentang mengajar dan ice breaking yang sekalian sering sekali saya gunakan untuk One Day Fun Doing Fun. Kemarin, salah satu pematerinya tentang Najeela Syihab. Beliau menjelaskan tentang teknik mengajar dan pengelolaan kelas. Ngena banget ilmunya disaya, nanti kapan saya sharing di postingan terpisah ya.
Eh disini juga, kelompok saya sebelahan dengan kelompok yang difasilitatori oleh Dinda Kanya Dewi. Saya pikir orang-orang semacam Dinda sama Chiki Fawzi hanya ikut sebagai inspirator yang datang di Hari Inspirasi saja, ternyata engga. *malu uda suudzon* Dinda menyempatkan diri datang ketika briefing khusus Fasil, dan Chiki terlibat di kepanitiaan. Mereka keren!

Butiran debu, aura positif. \o/

All Crew Kelas Inspirasi Jakarta 5
Dalam kesempatan ini saya diamanahkan menjadi salah satu dari 90-an fasilitator di kelompok 26 dari total 52 kelompok, dengan jumlah inspirator dan dokumentator sebanyak 22 orang, dan rombongan belajar 14. InsyaAllah di SDN 02 Kebon Kosong, Jakarta Pusat.
Alhamdulillah engga sendirian! 😀 Ditemani oleh Rezki Ramadhani fasil tandem yang sudah melalangbuana juga di Kelas Inspirasi. 🙂

Meeting perdana!
Seneng sekali bertemu teman-teman baru lagi, yang kebanyakan baru pertama kali ikut KI. Salut diantaranya adalah seorang Istri, Suami dan Ibu. Kebanyakan ini adalah Kelas Inspirasi pertama mereka.
Ketika ditanya, motivasi mengikuti KI, sebagian besar jawabannya bikin terharu sih, “hidup serasa ada yang kurang, kita setiap memberi untuk pekerjaan kita yang dibayar. Jadi ‘memberi’ untuk yang tak dibayar ini apa?” :’)
Mengutip kata Anies Baswedan, Relawan tidak dibayar bukan karena tak bernilai namun karena tak ternilai. 🙂

Selamat & semangat bekerja dan menginspirasi kakak kakak 🙂
Waaaah suka sekali baca postingan ini! Aku sendiri gak punya keberanian untuk ikut karena ngerasa gak menginspirasi dan ngerasa gak punya profesi yang layak untuk di bagikan ceritanya ke anak2 huhuhu sad 😦
Ayo dong Fasya, seringkali kita yang jadinya terinspirasi karena mereka 🙂
Pingback: Voluntrip Round 2; Explore The Happiness | alaniadita