Tentang dua rasa; Syukur dan Cukup.

Belakangan ini saya merasa lebih sensitif terhadap sesuatu. Gampang banget baper, ngelamun dan mikir panjang. Jadi jaman kuliah dulu, saya tergolong mahasiswi yang berkecukupan. Dalam artian, ya uang makan selama kuliah cukup. Kalau teman-teman disekitar saya dikirimi uang makan sebulan atau seminggu sekali, saya engga. Seadanya saja. Jika sedang butuh dan ada, saya dikirimin. Jika engga, biasanya saya ngungsi ke tempat saudara, buat nebeng makan. Muehehehe. Begitu juga dengan uang kostan. Ya ampun, saya pernah ngalamin keluar kos harus ngendap-ngendap biar ga ketahuan ibu kos.

Hal inilah yang bikin saya selama masa kuliah ga pernah belanja bulanan. Boro-boro, cukup untuk makan saja sudah alhamdulillah. Saya ga ngerti rasanya nyetok sembako itu kek apa rasanya. Kalau nyetok ikan teri buatan mama utk makan berbulan bulan sih tau.

belanja

Belanja bareng keluarga yang bikin happy dan rindu.

Saya memilih mencari kerja di ibukota, Jakarta. Selain untuk pencapaian hidup yang lebih layak. Saya pengen mulai jalan-jalan memenuhi mimpi. Tuhan mengabulkan semua ingin saya. Bekerja dan jalan jalan dengan keadaan yang cukup.

Setahun pertama di Jakarta, jangan ditanya. Minimal satu bulan sekali saya akan keluar kota minimal 2x. Bahkan pernah hampir setiap minggu. Senin jumat bekerja, sabtu minggu jalan jalan. Selama setahun.

Rasanya hepi dong pasti. Kaya yang bikin selalu aja ada tempat baru untuk dikunjungi. Dan bikin mencari uang lebih berapi-api.

Oh iya tentang belanja bulanan, saya jadi tau rasanya belanja bulanan. Bisa bawa trolly dan mengambil apa saja tanpa perlu menghitung2 sebelum ke meja kasir menjadi hal baru yang menyenangkan buat saya. Saya bisa nyetok makanan, cemilan dan perkakas kamar mandi.

Namun seiring kesibukan saya, membuat saya jadi jarang masak. Berujung pada saya muntaber karena makanan yang saya olah udah expired.   Ibu saya sampai menyusul dan patroli semua makanan yang ada. Sebagian sudah expired dan terbuang sia sia.

Hidup terus berjalan, yang tadinya saya traveling hanya mampu naik bus atau kereta api ekonomi pelan pelan bisa beli tiket pesawat, pelan pelan bisa jalan jalan keluar negeri, ngajakin orang tua, adik dan kakak juga traveling.

Sesekali saya juga masih belanja bulanan, untuk beberapa kebutuhan. Namun, karena lingkungan tempat yang mendukung, dan keadaan yang mumpuni, saya sering kaget tatkala tiba di kostan. Entahlah melihat beberapa barang yang terambil padahal mah ga perlu perlu amat, atau melihat struk makan/belanjaan lain yang ternyata harganya lumayan, untuk makan. Huft.

Itu semua saya lakukan ketika masih hidup sendiri dan mandiri di Jakarta.

Pertengahan tahun kemarin, adik bungsu saya menyusul ke ibukota. Untuk ikut bimbel dan daftar serta ujian tes masuk perguruan tinggi. Dan ayah ibu saya menyusul ketika adik saya dinyatakan lulus beasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta Selatan.

Hidup saya berubah. Karena dengan kepindahan adik dan orang tua menjadi tanggungan saya. Saya tak lagi bisa memutuskan untuk jalan-jalan seleluasa dulu. Mengurangi atau meniadakan impulsif nge Mall di akhir pekan. Bahkan saya kembali tidak pernah lagi bisa untuk belanja bulanan seiring dengan pindahnya ke kosan yang lebih luas. Uang makan yang tadinya buat seoranh menjadi 4 orang. Ongkos transportasi adik untuk ke kampus membuat keuangan kami super duper ketat.

Hal hal remeh temeh seperti minyak, sabun dan indomie kami beli di warung seperlunya. Sebutuhnya. Se-pas-habis-nya aja. Kadang mama mengeluhkan harganya yang lebih mahal daripada supermarket besar tempat dimana dulu kami biasanya belanja bulananan.

Kadang saya suka kepikiran, rindu jalan jauh, rindu cuci mata, rindu hidup hedon sekali-sekali. Tapikan kondisi saat ini emang belum memungkinkan apa apa yang dilakukan dulu.

Kemudian, datanglah sebuah undangan mengunjungi Museum tekstil dan berbelanja di Honestbee dari Kriya Indonesia. Saya yang belum memiliki agenda kemana-mana, lantas mengiyakan.

Saya ke museum tekstil yang letaknya tak jauh dari kostan. Rasanya malu, 4 tahun bolak balik keluar kota tapi ga pernah nginjek museum yg deket ini duh rasanya.

Eh sebelum mengitari museum, kami dikenalkan pada aplikasi Honestbee. Layanan belanja dan pengiriman sehari-hari berbasis online terkemuka asal Singapura. Diluncurkan secara resmi di Indonesia pada 25 Januari 2017 di Jakarta. Sekarang Honestbee bermitra dengan Transmart Carefour yang merupakan ritel terbesar di Indonesia. Kedepannya, akan bekerja sama dengan ritel besar lainnya.

honestbee.jpg

Sebelum di Indonesia, Honestbee telah berkembang di Singapura, Hongkong, Taiwan, Jepang, Malaysia, Thailand. :O

Dengan senang hati dan tidak sombong, kami memulai agenda hari itu dengan berbelanja melalui Aplikasi Honestbee. Jujur, sebagai generasi millenial saya happy banget tau informasi ini. Setelah transportasi online, kesehatan online, saat ini berbelanja bulanan bisa dilakukan secara online juga! Well, iya sih ada transportasi online yang melayani belanjaan juga, tapi kan masih sebatas minimarket waralaba, belum ke supermarket besar.

Saya yang sayang mama, segera membelanjakan untuk keperluan rumah tangga seperti sabun,  shampo dan odol. Dengan adanya aplikasi ini, memudahkan kita untuk fokus ke barang apa saja yang emang dasarnya kita butuhkan.

Search Honestbee.png

Dengan bantuan fungsi search, kita tinggal ketik barang apa yang ingin kita beli. Dibantu dengan tampilan utama, barang apa saja yang sedang promo.

Setelah memilih, sebelum membayar, aplikasi ini akan memberikan informasi rekap belanja yang telah kita pilih.

quantity.png

Kalau belanja nyata kan suka keki kalau jumlah tagihan lebih besar daripada uang yang kita bawa. Dengan adanya summary sebelum kita bayar disini, bisa diancang-ancang apakah jumlah belanja kita sesuai dengan kondisi keuangan yang kita punya.

So simple, man temaaaaan!

Kelar masalah belanja, hadirlah dihadapan kami, Mba Astri dari Kriya Indonesia, Ibu Ari mewakili dinas pariwisata dan budaya DKI Jakarta dan Mbak Fany seorang bule prancis yang saat ini sedang magang dan hari itu akan menjadi guide kami.

Kriya Indonesia.jpg

Mba Astri – Ibu Ari – Mba Fany. Source: Kriya Indonesia

What? How come seorang bule yang akan menjadi guide kami? Setelah malu karena baru kali ini menginjak museum tekstil. Kali ini malu saya bertambah satu. ‘Orang luar’ aja mau mempelajari dan mendalami budaya negeri ini, saya kok ya, pengennya wisata aja terus. Belajar budayanya engga. 😦

live-tweet

Mba Fany menjelaskan, Nia dan rekan rekan sibuk live tweet. Source: Kriya Indonesia

Mba Fany, dengan lugas menceritakan tentang museum tekstil. Tentang berbagai macam koleksi batik yang terdapat diseantero Indonesia. Meski secara pelafalan masih kebule-bulean, tapi beliau bisa dengan jelas menjelaskan ciri akan batik dari bahan pewarna, motif cap batik, tata cara proses membatik dan berbagai macam interior yang bermotif batik. Didampingi langsung oleh Ibu Ari, Mbak Fany juga dengan mudah bisa menjawab pertanyaan dari para blogger.

Setelah berkeliling di museum tekstil, menyimak penjelasan dari Mbak bule yang dipandang berkali kali engga ngebosenin, langsung pulangkah saya?

Belum dong.

Kan belanjaannya belum dateng. Ada demo masak yang diperagakan oleh Chef Juna dari resep dapur ayah.

Chef Juna.jpg

Ah, dapet berilmu berlipat-lipat ganda. Dikala ibu-ibu bertanya bumbu ini itu, saya cuma bisa bengong menerka-nerka itu bumbu apa. haha.

Ayam rica rica ala Chef Juna.jpg

Selesai urusan belajar ilmu tentang batik dan segala rupanya. Menambah ilmu tentang bumbu dapur dari resep dapur ayah.

Ga lupa dong, foto bersama rame-rame. Bersama teman, ibu, bapak yang selama setengah hari menghabiskan waktu bersama. Bertanya. Berhaha-hihi. Seseruan bareng.

gathering honestbee.jpg

Source: Kriya Indonesia

Sebelum pulang, saya dikejutkan oleh, datangnya belanjaan saya tadi! Langsung dianter oleh kurirnya dari honestbee. Eh iya, jadi ketika memesan tadi, kita bisa request jam pengantarannya. Saya emang sengaja sih milih di jam 12-01 pm. Pas deh waktunya.

BelanjaHonestbee.jpg

Horay!

Kembali menyoal tentang hidup cukup. Saya kemarin jadi kepikiran (tuhkan kepikiran terus), senengnya saya hari itu sama kok dengan senengnya saya kalau traveling keluar kota. Padahal kalau dihitung secara budget jauh lebih mahal kalau keluar kota. Kalau happy-nya sama kenapa harus ngoyo?

Belum lagi tentang kabar baik, bahwa kini berbelanja bulanan bisa dilakukan dari rumah. Tanpa perlu mengeluarkan uang parkir, bensin, ongkos transportasi, mata bandel karena liat pameran baju dan semena-mena memasukkan barang yang sebenernya tidak dibutuhkan.

Sebenernya yang perlu saya rasakan lebih dalam saat ini adalah tentang rasa syukur dan selalu merasa cukup. Atas apa yang ada di depan mata. Bukan karena masa lalu yang rasanya ingin diulang, atau masa depan yang masih diawang-awang.

happy.jpg

Kupulang bawa oleh oleh, Mah!

Museum Tekstil

Jl. Aipda KS Tubun No.2-4 Jakarta Pusat
Phone: (021) 560 6613
Fax : (021) 565 4401

Museum ini Buka dari hari Selasa sampai Minggu dari jam 09.00-15.00. untuk hari Senin & hari libur besar museum ini tutup. 

Harga tiket: 

Dewasa: Rp. 5.000 

Mahasiswa: Rp. 3.000

Anak-Anak: Rp. 2.000 

Untuk kursus Batik:

Turis Lokal: Rp. 40.000

Turis Asing: Rp. 75.000

Advertisement

14 thoughts on “Tentang dua rasa; Syukur dan Cukup.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s