Menyusuri Jejak Tsunami di Banda Aceh (2)

Bus yang kami tumpangi memasuki Terminal Banda Aceh, kemudian berhenti. Berbeda dengan di Medan, bus ini kami naiki tidak dari Terminalnya, melainkan dari Pool Sempati Star-nya. Tampak semua orang menuruni bus ini, kamipun ikut ikutan turun. Seperti halnya terminal bus, sudah banyak abang abang ojek yang menyambut kami di pintu bus. Saya menggandeng Febby untuk mencari konter penjualan tiket Sempati Star terlebih dahulu. Untuk memastikan tiket pulang kami yang masih di hari yang sama. Ya, kami tidak menginap di Banda Aceh.

Berkat bantuan si penjual tiket, saya dihampiri seseorang yang katanya akan menemani perjalanan kami hari itu. Saya dan Febby memilih untuk menyewa mobil satu hari. Ia, yang kemudian saya tahu namanya Rollis, mematok Rp. 500,000,- untuk all day tour termasuk bensin dan supir. Saya tawar Rp. 400,000,- kemudian kesepakatan terakhir di Rp. 450,000,- 🙂

Hari masih pagi, pada saat itu pukul 9 pagi, saya meminta diantar ke Mesjid Raya Baiturrahman terlabih dahulu. Sekalian ingin mandi mandi.

09:00 am; Mesjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.

Kota ini (baca: Banda Aceh) kota sepi, setidaknya jalannya tidak seramai Ibukota, saya tidak menemukan kemacetan. Melihat Mesjid Raya dari jauh, ingatan saya kembali ke 11 tahun silam, dimana mesjid ini selalu ada dilayar televisi & digadang gadang sebagai mesjid yang tetap berdiri kokoh ketika tsunami menghantam. Disana, saya menumpang mandi dan menunaikan sholat Dhuha. Memasuki area dalam mesjid, hati saya gemeteran. Tempat inilah yang 11 tahun lalu dipenuhi mayat korban tsunami. Penuh sumpek karena semua orang berusaha mencari sanak saudaranya ditempat ini.

IMG_4418

Saksi bisu..

Sayup sayup terdengar suara anak anak yang pada saat itu sedang mengaji. Saya bersujud sekali lagi.

Mesjid Baiturrahman

Mesjid Baiturrahman

Menurut Abang Rollis, pemandu kami hari itu, pada saat kejadian, air bah berputar mengitari mesjid ini. Semua orang yang berada disekitar mesjid terhempas, kecuali orang orang yang berdiri di pelataran mesjid. Semuanya selamat. Terlebih yang didalam mesjid. Orang orang itulah saksi hidup, bahwa keajaiban sedang terjadi didepan mata mereka. Masya Allah. 🙂

Banyak orang luar negeri yang meneliti, dari bahan apakah mesjid ini dibangun. Mengapa bisa sebegitu kokohnya hingga tak habis diterjang tsunami. Padahal, kembali lagi ini semua kuasa Ilahi.

Karena dalam keadaan berpuasa, dan kami memilih untuk tetap berpuasa meski sedang dalam berpergian, Abang Rollis memilih mengantarkan kami ke Kapal Apung terlebih dahulu. Sebelum panas terik, katanya. 10:00 am; Situs Tsunami PLTD Apung Selain Mesjid Raya Baiturrahman yang ramai dibicarakan awak media, tersebut berkali kali pula, Kapal besi nan besar yang membawanya hanyut 5 km dari tempatnya terdampar.

Alfatihah.

Alfatihah.

Memasuki areanya, ada monumen yang dibangun berisikan Jam serta arah jarum jam tepat ketika tsunami terjadi. Ada pula nama korban yang tinggal dikampung tersebut. Rasanya sedih ya, ngeliat ngeliat kaya gini tuh. Kebayang aja, terutama saya yang hari Minggu pukul 8 pasti masih leyeh leyeh.

IMG_4451

PLTD Apung

Yang menakjubkan, kapal ini bertuliskan ‘Batam’. Ceritanya emang kapal ini sedang bersandar. Ketika tsunami tiba, kapal ini terseret arus hingga sekitar 5 km ke pusat kota Banda Aceh. 😦

IMG_4466

Kalau kapal besi gede gitu aja bisa bikin terhempas sejauh itu, gimana rumah rumah, gimana manusia. duh. Mun Allah udah bilang kun fayakun mah, ya.

11:00 a.m; Museum Tsunami. 

Welcome.

Welcome.

Tempat ini yang buat saya menggebu sekali ingin menginjakkan kaki di Banda Aceh. Menyusuri jejak Tsunami dari tempat ini.

Abang Rollis kembali bercerita, Ridwan Kamil memenangkan sayembara untuk merancang Museum ini, dengan saingan arsitek dari luar negeri. Rumoh Aceh as Escape Hill begitu Ridwan Kamil menyebutnya, dirancang demikian epic.:)

Untuk bisa menikmati rancangannya, tidak dipungut biaya sepeserpun. Pemerintah masih meng-gratis-kan nya entah sampai kapan. Pertama tama, kita akan dibawa pada Space of Fear atau Lorong Tsunami. Karena gelap sekali, saya sempat ragu untuk masuk. Pada keterangannya, diberitahukan bahwa memasuki lorong ini membuat kita akan merasakan gimana rasanya menjadi bagian dari 26 desember 2004.

“Ada suara ombak ombaknya, engga?”, “Ada suara rintihan, engga?”, “Ga mau ah.” Ujar saya pada Bang Rollis. “Tidak. Sudah ikutin saja dibelakang Abang.”
Ga selebay itu sih, yang ada hanya berupa lorong lurus dengan suara dan sesekali ada gemercik air yang mengenai tubuh kita. sejuk sejuk merinding. Lulus dari lorong itu, kami memasuki Space of Memory atau Ruang Kenangan. Ada puluhan layar monitor yang menampilkan slide show foto foto selama kejadian tsunami berlangsung. Kurang lebih seperti apa yang kita lihat di TV pada hari itu.

Selanjutnya, pengunjung diarahkan untuk memasuki Space of Sorrow atau Sumur Doa. Didalamnya, seperti banyak yang bertebaran di Instagram, adalah sebuah tempat seperti sumur yang didindingnya terdapat nama korban tsunami. Lemes banget rasanya. Sedih. Mana backsound nya lantunan ayat suci Al Quran. Ketika kita melihat keatas, yang kebaca tulisan Allah. Duh :’) Kang Emil, you did it well.

Belum selesai sampai disitu, kita dibawa ke Space of Confuse atau Lorong Cerobong, memutari sumur Doa. Cuma jalan yang berputar putar, konon katanya melambangkan kebingungan ketika tanggal 26 desember 2004, iya sik, musingin pas disitu.

Sukses diputer puter, baru deh Space of Hope. Berupa jembatan panjang. Melambangkan Harapan baru. Diatasnya terdapat banyak bendera luar negeri, kata Bang Rollis, negara negara yang Benderanya tercantum disitu adalah negara negara yang berkontribusi membangun Aceh kembali.

Ada juga ruang audiovisual dimana kita bisa menonton kejadian tsunami, serta pameran foto.

Temen temen kita di Aceh luar biasa, ya. Mampu melewati ujian Tsunami kemarin. 🙂 Kemana lagikah saya, setelah dari sini? Diceritakan dipostingan selanjutnya, ya!

5 thoughts on “Menyusuri Jejak Tsunami di Banda Aceh (2)

  1. Pingback: Menyusuri Jejak Tsunami di Banda Aceh (3) | Alania

  2. Pingback: Traveling Ketika Bulan Ramadhan? Why Not? | alaniadita

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s