Kemana kamu pergi di awal tahun ini? Kalau saya, Pulang kerumah. Saya berinisiatif mengajak serta kakak semata wayang. Karena beliau sudah memiliki seorang putra, saya yakin perhatian ibu saya akan kapan saya kasih mantu, akan teralihkan pada cucunya. 😀 *senyum jahil*
Ibu saya engga tahu, kalau saya pulang bersama anak sulung & cucunya. Yang beliau tahu, saya pulang seorang diri (meski berharap saya mengenalkan calon). Dan Suprised dong. Ibu saya terharu menyambut kami didalam mobil. Berkali kali cucunya diciumin dan saya sukses dicuekin. deuh.
Setelah hari pertama dirumah saya habiskan dengan istirahat total, kemudian keesokan harinya mengajak kakang bermain di Mall, hari ketiga saya pengen banget mantai. Setahun yang lalu, saya nyempet-nyempetin banget buat ke Pulau Labun, Tahun ini saya ngajakin kakak, adik & keponakan ke Pantai Vio-vio. Kebetulan jagoan-jagoan saya juga belum pada pernah.
Pantai Vio-vio ini terletak Setelah Pantai Melur. Design papannya lucu, penuh cerah ceria. Dalam papannya sih, menjajikan Pantai cantik. Haiklah kita lihat.

Aksesnya begini huwo!
Menuju Pantai ini seperti membelah bukit. Tanahnya belum diaspal. Dan masih sepi. Saya sih sudah ancang-ancang mau kesininya senin aja biar ga rame, eh malah jadi Minggu dan menjelang sore banget. Jam 5 sore, baru memasuki Pantai ini.
Biaya masuknya Rp. 10,000,-/orang yang diarea dalam tiketnya akan dicek kembali. Yang pertama kali saya lihat dari parkiran adalah, hamparan pasir dengan pohon dan gazeebo yang jarang-jarang. Untuk dapat menduduki gazeebo ini, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 150,000,-
Beruntunglah kami, cuaca pada sore itu mendung-mendung syahdu yang bikin kami cukup menaruh barang-barang di tempat duduk disalah satu pohon, dengan tanpa biaya.
Ketika mata menyapu pandangan, yang menarik saya melihat ini;
Semacam spot sunset gitu. Duduk disitu dikala sunset sempurna sepertinya menyenangkan, kan, ya?
Bergeser sedikit pandangannya, saya melihat..

Waaaa. Ayunan kaya di Lombok 😀
Eh hm, jangan berekspektasi Pantai ini seperti Bali/Lombok, ya. Haha. Saya yang tadinya niat banget nyebur jadi urung. Lantas, kami disini nangisin menemani kakang bermain pasir.
Jadinya kami membiarkan kakang bermain – kemudian nangisin – kalau udah nangis, kami kasih ke ibunya. Kemudian diulang kembali dari awal. 😀
Si Bungsu, sempet minta kami berfoto dengan gaya seperti dulu pernah lakukan di Bali, cuma ya, karena sekarang uda ada Kakang jadi ya gimana ya. Jadinya malah begini;
Kalau kakang udah sama Ibunya, maka, kamipun narsis bertiga.
Kenapa Ayah & Ibu saya ga ikut? Mereka tampak lelah dan takut kecapekan karena jarak tempuh Pantai ini yang jauh dari rumah. Beliau-beliau memilih untuk istirahat dirumah, dan setiap satu jam sekali neleponin udah dimana, karena kangen cucunya.
Apakah pantai ini worth it? yes. Disini juga ada permainan air semacam banana boat gitu. Pasirnya masih bersih banget. Cuma ya gitu, kebayang kalo datengnya siang bolong, pasti panas banget karena masih jarang pohon rindangnya. Waktu terbaik sepertinya pas sunset.
Untuk pilihan liburan dibatam, saya rasa Pantai Vio-vio layak untuk dikunjungi.

Hai, selamat berlibur, dari muka maha galak-nya kakang. 😛