#PekanPancasila: Saya Indonesia, Saya Pancasila

Tahun ini untuk pertama kalinya tanggal 1 Juni 2017 diliburkan secara nasional dalam rangka hari lahirnya Pancasila. Menjelang dan pada hari H muncullah tagar-tagar #SayaIndonesia #SayaPancasila.

https://www.instagram.com/p/BUySjQfhcVZ/?taken-by=alaniadita 

Di timeline media sosial, cukup marak perbincangan tentang Hari Pancasila ini, kebanyakan berbicara tentang kondisi Indonesia belakangan ini. Jujur saja, dari jaman pemilihan Presiden sampai pemilihan gubernur yang baru-baru ini penuh pemberitaan dan perpecahan pertemanan, saya memilih diam dan bungkam. Saya jaga benar ini tangan untuk klak klik informasi yang berseliweran. Disaat gatel sekalipun ingin berkomentar, biasanya saya memilih mengobrol dan berdiskusi langsung bersama Kang Mas atau japri teman-teman tanpa berbicara di forum umum.

Saya bangga menjadi bagian dari Indonesia karena saya lahir dan hidup selama ini berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya. Sebagai perantauan, saya dan keluarga banyak sekali mendapat bantuan dari tetangga baru dimana kami menetap, kemudian pindah dan menetap lagi ditempat baru. Bantuan yang saya terima ini tidak pernah memandang Agama, suku, ras dan budaya. Sedih sekali rasanya, melihat pemberitaan belakangan yang tampaknya mudah sekali membuka peluang untuk kehancuran.

Kemarin, saya diberi kesempatan untuk Ngobrol bareng MPR RI mengenai hal ini. Untuk pertama kalinya saya bisa tatap muka dan swafoto bareng dengan Ketua MPR RI, Pak Zulkifli Hasan. Beliau berbicara tidak sampai satu jam, tapi cukup buat saya beberapa kali terperangah. Pak Zul mengawali dengan kalimat, “Mari kita move on, berhenti ribut soal SARA”, yang tentu itulah yang terjadi di negara kita belakangan ini. Momen bulan Ramadhan ini adalah waktu yang dianggap tepat untuk kembali pada kebaikan dan meninggalkan kebencian. Ada satu kalimat yang beliau katakan, ‘Ayo gunakan sosial media untuk merangkul, bukan memukul’. Duh ya kok rasanya deg banget, mungkin iya ‘diam’ ku dimedia sosial selama ini adalah emas. Namun jika, dengan memberikan konten positif bisa sedikit meng-ademkan timeline, harusnya aku bisa kan untuk tidak hanya diam.

Besama Bapak MPR

Bersama Pak Zulkifli Hasan

Selesai Pak Zulkifli berbicara, dilanjutkan oleh Pak Sekjen MPR RI, Bapak Ma’ruf Cahyono turut memberikan insight, ‘Jangan hanya membunyikan Pancasila, namun harus membumikannya’. Iya pak, tidak hanya mengaku hapal Pancasila diluar kepala dan disebutkan berkali-kali dalam upacara bendera, namun juga menumbuhkan kesadaran dalam tindakan.

Tentang menghargai teman yang menganut agama lain. Tentang memandang sama teman dari suku lain, no judgement kalo si dia dari suku ini pasti begini kalo suku itu pasti begitu. Tentang menghormati budaya, apalagi buat pejalan seperti saya yang disetiap kota ada aja budayanya yang berbeda-beda.

Dengan kapasitasku, seharusnya bisa dong untuk menyuarakan ini. 😦 Karena sejatinya kan, Pancasila itu gotong-royong, kerja sama dan kasing sayang.  Berhenti untuk saling merendahkan, mulai menghormati perbedaan. Kalau udah begini, #IniBaruIndonesia 🙂

Menuju buka puasa, Bapak Ma’ruf Cahyono membacakan puisinya;

Masih Indonesiakah kita, setelah sekian banyak jatuh bangun.
Setelah sekian banyak terbentur dan terbentuk.

Masihkah kita meletakkan harapan di atas kekecewaan, persatuan di atas perselisihan
Musyawarah di atas amanah, kejujuran di atas kepentingan.

Ataukah ke-Indonesiaan kita telah pudar tinggal slogan? Tidak…!!

Karena nilai-nilai itu kita lahirkan kembali,
kita bumikan dan kita bunyikan dalam setiap jiwa dan manusia Indonesia.

Dari Sabang sampai Merauke, kita akan melihat gotong royong dan tolong menolong.
Kesantunan bukan anjuran akan tetapi kebiasaan.

2 thoughts on “#PekanPancasila: Saya Indonesia, Saya Pancasila

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s