Jobseeker.

Sebuah whatsApp masuk atas teman SMA saya, “Nia, minta tips nyari kerja di Jakarta, dong.” Saya terdiam sesaat setelah membaca pesan itu, pikiran saya semacam throwback ke 3 tahun silam, dimana saya mencoba hijrah ke Jakarta.

* * *

Ketika kuliah D2, saya ditugaskan untuk kerja Praktek. Ketika itu, saya dipanggil untuk magang di K-Lite FM bersama 2 orang teman seangkatan saya namun berbeda jurusan. Jobdesk saya sederhana, mengisi content website mereka. Memotong siaran, lalu diupload ke Website. Sesekali, saya membantu men design promotion tools mereka. Kebetulan jurusan saya emang di Web Development dan saya suka mengotak ngatik Adobe Photoshop. Waktu itu, saya di beri uang saku Rp. 10,000,-/hari. Rasanya uda seneng kek apa. ihihi. Anak magang, gitu.

Setelah magang usai, saya emang langsung apply lamaran kesana kemari. karena ya gitu, kuliah tinggal sidang skripsi. Saya harus mulai nyari uang sendiri. Seminggu setelah berhenti magang, saya dipanggil kembali ke kantor K-Lite. Si Bapak meng-apresiasi kinerja saya selama Magang, dan tertarik untuk mengangkat saya sebagai bagian dari keluarga K-Lite. Beliau juga menunjukkan beberapa design saya yang akhirnya dicetak dan dijadikan media promosi radio mereka. Senang? ya tentu. Tidak ada penghargaan lebih baik, selain kerja keras kita dihargai 🙂

Sebulan saya menunggu kabar dari K-Lite tak kunjung datang, akhirnya mulai apply apply ke perusahaan lain. Sambil menunggu waktu dan mengisi kekosongan mengurusi tugas akhir, saya menerima tawaran untuk menjadi bagian dari panitia pelatihan sensus penduduk. Sehari dibayar Rp. 100,000,-. Kerjaannya? Jadi panitia registrasi, mengamati kelas, memberi arahan. Makan ditanggung, tinggal dihotel dan yang enak, bisa tidur siang. :)))

Baru 3 hari dari 15 hari perjanjian kerja itu, saya ditelepon oleh salah satu perusahaan software house yang mengabarkan saya bisa untuk mengikuti serangkaian test di perusahaan tersebut. Dalam percakapan itu, saya bilang bahwa saya sedang terlibat project pelatihan sekitar 2 minggu. Setelah itu, saya free. Beruntungnya, perusahaan ini mau ‘menunggu’ sampai saya selesai menyelesaikan pelatihan itu.

Saya diterima dan mulai kerja, dengan gaji pertama Rp. 900,000,- yes, masih dibawah sejuta. 😀 Kabar baiknya, saya melamar sebagai programmer dan keterima sebagai dokumenter, which means, saya bebas dari perkodingan. yes! Seminggu saya bekerja, saya mulai ga sabar untuk jalan jalan. Gajian belum, jalan jalan udah. :))) Ini gegara, Nithi yang ujug ujug nyamperin dari Batam dan pengen main ke Yogya! *toyor Nithi*

Gaji pertama belum keterima, tawaran ke yogya nya udah. Akhirnya kami memutuskan untuk naik kereta api ekonomi Bandung – Yogya seharga 20 ribuan. Rasanya? ya kapok. haha. Meski diawal awal kami menikmati perjalanan 8 jam itu. Masih bisa cekakak cekikikan, masih bisa jajan jajanan yang lewat. 5 jam berjalan, bawaan saya gelisah resah kepanasan. Balik sana balik sini ga karuan. Dalam perjanan ke Yogya itu, saya menerima sebuah sms yang berisi,

“Nia, perusahaan bersedia kamu bergabung bersama kami, bisa ke kantor segera? xxx – K-Lite.”

Ya gimana, saya baru aja kerja belum sampe 2 minggu. Itu juga si perusahaan uda nunggu 2 minggu, masa mau ujug ujug resign. Ya galau lah saya. Secara radio ini, masih dibawah PT Telkom. Suka ada bonus nya. Dan jobdesk nya itu loh, enaaakk. 😀  Eh, btw, kelanjutan cerita ke Yogya nya ada di postingan ini, ya.

Diskusi keluarga sana sini, akhirnya mama menyarankan untuk tidak keluar. “Jangan jadi kutu loncat lah, dek. Anggap aja belum rezekinya disana.” Dengan berat hati saya menolak untuk bergabung di K-Lite, “Maaf pak, kalau saja bapak tidak lama lama menghubungi saya.” 😦

Saya berdamai pada keadaan. Belum genap sebulan, saya sudah diajak turut serta meeting besar di salah satu hotel gede di Jakarta. Saya duduk bersama bapak bapak pejabat, yang setiap apa terucap saya ga ngerti. :))) Saya perempuan satu satunya diruangan itu, paling kecil, paling ga ngerti apa apa. Diberi kamar juga untuk diinapi sendiri. Mulai hari itu, diumur yang masih 19 tahun, saya belajar banyak hal.

Saya mulai menyukai pekerjaan saya. Terlebih memiliki atasan, dan lingkungan yang menyenangkan. Gaji saya pelan pelan naik menjadi Rp 1,300,000,- masih kecil, tapi pada waktu itu, gaji segitu masih diatas temen temen saya yang satu persatu juga sudah mulai bekerja. Saya kerja sambil kuliah. Dikantor saya kepikiran tugas kuliah, dikampus saya kepikiran deadline kerjaan. gitu terus, sampai saya lulus menjadi sarjana.

Setelah wisuda, saya mulai membuka repelita saya. Membuka buku impian saya. Saya harus melakukan sesuatu untuk wish list saya, salah satunya jalan jalan. Maka, saya mulai apply apply kerjaan di Ibukota, Jakarta. Saya memulainya dengan, job fair di Kemayoran bersama Jen dan Teh Dini. Lumayan nih, di sini bisa ‘jual diri’ abis abisan. Menghambur hamburkan CV kaya menghambur hamburkan uang.

November 2011, saya mulai senang dengan nomor tak dikenal yang masuk ke handphone saya, terlebih kalo nomor itu dari nomer kantor Jakarta. Pertanda ada kabar baik. Perjalanan saya lakukan Pulang Pergi, naik travel ini. Mengandalkan Nisa, temen kuliah saya, saya nanya nanya jalan di Jakarta.  Mulai deh, pura pura ga enak badan – cuti – pura pura ga enak badan – cuti, gitu terus sepanjang proses pencarian kerja dimulai. Awal awal saya excited dong, semangat gitu. Mana saya emang suka yang namanya perjalanan. Menginjak bolak balik ke 4, mulai deh drama. Pake acara nangis di shelter busway. Sendirian? yaiya.  Ya gimana, saya ga ngerti Jakarta. Patokan saya cuma Sarinah. Dari situ, saya berusaha sebisa mungkin naik busway. Nenteng nenteng map, ngantri keringetan di tengah teriknya Jakarta. Puncaknya, saya harus mendatangi sebuah stasiun televisi sebut saja disekitar Indosiar.

“Kamu bisa ini? Ngerti cara baca ini? blablabla..” kemudian saya pusing sendiri, tidak mengerti satu pun apa yang ia tanyakan. Ternyata, saya masih ga ngerti apa apa. Sedih. Setelah itu, saya bertemu dengan hrdnya, beliau menyampaikan bahwa jam kerja di media 18 jam sehari, dimana, penawaran gaji yang ditawarkan tidak menyentuh angka 2,5 juta. Saya ingin pura pura mati, namun gagal. Saya harus kembali menempuh perjalanan ke Sarinah, dan kembali ke Bandung.

Dalam perjalanan ke Bandung, saya terjebak macet after office hour-nya Jakarta. Saya, nangis. Iya, nangis lagi. Capek.

“Aku ga mau kerja di Jakarta. Di Bandung aja, gpp” pesan singkat itu saya kirimkan ke Kakak saya ditengah deraian air mata sore itu.

Sepuluh menit berlalu, masih dalam perjalanan menuju Bandung, saya menerima sebuah SMS, “Calon pegawai yang terhormat, anda ditunggu untuk interview di Kementrian Perdagangan, besok, pukul sekian. Harap reply sms ini sebagai tanda anda akan hadir..” Seakan lupa penderitaan seharian, sms itu saya jawab dengan, “baik, pak. Saya akan hadir.” Sebelum saya sampai Bandung, saya kembali sudah memesan travel untuk esok hari, shubuh shubuh.

Ternyata saya belum menyerah :’D

Saya kembali ke Jakarta keesokan harinya. Mengikuti serangkaian test yang ada disalah satu kementrian. Akan dikabarin segera, katanya. Kalimat template para pemberi harapan didunia kerja.

Saya kembali ke Bandung dengan merasa cukup tidak usah memasukkan lamaran pekerjaan lagi. Saya fokus menyelesasikan apa apa yang harus saya selesaikan.

Awal desember, saya kembali dirundung galau, belum ada kepastian saya akan kerja dimana. Sementara saya sudah harus memberikan jawaban ke kantor, akan memperpanjang atau tidak melanjutkan kontrak kerja. Saya sempat diiming imingi menjadi karyawan tetap dan menjadi tim sales – yang konon bisa jalan jalan gitu.

“Peraturan perusahaan kan pengangkatan karyawan tetap dari karyawan kontrak kan 2 tahun, ya Nia. Kamu belum genap 2 tahun, akan kita angkat jadi karyawan tetap. Sama kamu suka jalan jalan kan, ya. Jadi tim sales aja, ya. Presentasiin produk. Kan bisa sekalian jalan jalan..”

Tengs God, saya ga tertarik. 😀 Saya memilih untuk bilang, ya, saya tidak memperpanjang kontrak. Saya bilang ya, tepat 5 menit setelah mendapatkan telepon dari kementrian perdagangan perihal penawaran gaji. Pada saat itu, kita deal di angka 2,8 juta/bulan. Ya lumayan lah buat newbie di Ibukota.

Memasuki minggu terakhir di tahun 2011, saya tak lagi ditelepon oleh kementrian satu ini. Mulai deh panik. Panik takut nganggur, sementara mau bilang lanjut kerja di perusahaan ini sudah tak ada lagi muka. Kembali, mencari link pertemanan untuk bisa bekerja di Jakarta.

30 Desember 2011, saya ke Jakarta, untuk tes tertulis, psikotest dan interview. Seharian. Saya dinyatakan diterima langsung pada hari itu juga. Dan bisa mulai bekerja pada pertengahan Januari 2012. Anyway, saya kerja masih bergerak dibidang software, dibilangan Jakarta selatan. Menjadi Implementator Consultant. Lingkup kerjaannya, handle klien, bug fixing, ngoding dikit, sama dokumentasi. Waktu itu, ga peduli sih mau kerja apa, yang penting tahun baru kerjaan baru hobi baru. Gitu.

Keesokan harinya, 31 Desember 2011, saya ditelepon oleh kementrian perdagangan untuk mulai bergabung 1 Januari 2012. Terkadang gini, Tuhan maha becanda. Ya, saya tolak lagi lah. Wong uda sign kontrak.

Foto Studio ini diambil sehari setelah saya resign. Tadinya mau saya yang nraktir, eh taunya perusahaan gengsi gitu. Jadinya ditanggung :))))

Foto Studio ini diambil sehari setelah saya resign. Tadinya mau saya yang nraktir, eh taunya perusahaan gengsi gitu. Jadinya ditanggung :)))) Kalo diliat sekarang, yang masih bertahan mungkin 5 orang (atau bahkan kurang). Sisanya uda pada resign juga. :)))

Well akhirnya, saya mulai kerja di Jakarta di awal tahun 2012. Mencoba menikmati pekerjaan, hampir sebulan sekali saya rutin keluar kota, jalan jalan. So far, semua menyenangkan. Saya betah kerja. Lingkungan kerja juga oke. Rekan rekan kerja mengasyikkan. Sampai akhirnya..

.. saya di tawarin kerja, di perusahaan lain.

Padahal saya baru 7 bulan kerjanya. Padahal saya kalo resign harus bayar pinalty, senilai 1,5 kali lipat gaji saat itu. Padahal saya lagi betah betahnya kerja. Saya lagi seneng senengnya after office hour-an bareng temen temen selantai. Tapi tawaran ini juga ga main main, dan mungkin, ga akan datang untuk kedua kali.

Saya memilih untuk bayar pinalty.

Ga kepikiran ngadain farewell Party, secara aku ga digaji 2 bulan gara gara harus bayar Pinalty. Eh PM maksa, Ia dan atasannya menanggung makan makan dan karaoke-an. Alhamdulillah :)

Ga kepikiran ngadain farewell Party, secara ga digaji 2 bulan gara gara harus bayar Pinalty. Eh PM maksa, Ia dan atasannya menanggung makan makan dan karaoke-an. Mereka baik sekali. 🙂 Kalau foto ini dilihat sekarang, yang masih bekerja 3 orang. Sisanya sudah menyusul resign :)))

Hari ini, 2 tahun lebih saya sudah bekerja di tempat sekarang. Ditempat dimana dulu saya pernah bermimpi. Menjadi bagian dari Human Resources.

Kesehariannya saya, bekerja bareng sama mereka. Saat ini, yang resign 4 orang, 2 orang diantaranya di mutasi. Sisanya, kami masih bersama sampai sekarang :)

Kesehariannya saya, bekerja bareng sama mereka. Saat ini, yang resign 5 orang, 3 orang diantaranya di mutasi. Sisanya, kami masih bersama sampai sekarang 🙂

Nyesel? Hidup itu pilihan, bukan? setiap keputusan yang kita ambil, pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Ada baik dan buruknya. Ada resikonya. Ini gimana kita aja, menyikapinya. Setelah saya resign, satu persatu teman main di kantor itupun pun menyusul resign. Mereka bekerja ditempat yang lebih oke dan kece..

* * *

Jadi, kalo ditanya, tips nyari kerja di Jakarta, ngg..

Kalo dari saya sih, ya.

  1. Ikut Job Fair. Walaupun in the end, saya kerja di Jakarta bukan karena ini. Tapi Job Fair, cukuplah buat apply ke 50 perusahaan dalam satu hari. Kadang kadang, banyak perusahaan yang nyediain goodie bag buat pelamar yang ipk nya cumlaude. Mayan, #gratisan.
  2. Daftar dan lengkapi Jobstreet, JobsDb atau LinkedIn. Perusahaan sekarang sekarang suka sorting calon karyawan dari profile LinkedIn nya.
  3. Bikin CV nya yang lengkap, mudah dipahami sama ga macem macem (?)
  4. Relasi. Ternyata relasi penting, beritahu siapapun temen kamu, bilang, kalo berniat kerja di Jakarta. Karena seringkali rezeki datang dari Silaturahmi. 🙂
  5. Hati hati dengan pengisian Expected Sallary, mungkin aja kamu jarang dipanggil karena Expected Sallary kamu ketinggian. Ada baiknya, cari tahu dulu kisaran gaji yang setara dengan pendidikan yang kamu tempuh.

Well, Buat temen temen yang kebetulan pernah mencoba, mencari atau pernah kerja di Jakarta. Bantuin saya untuk berbagi tips yuk, gimana mencari kerja di Ibukota.

 

 

 

8 thoughts on “Jobseeker.

  1. ali yunan

    keren… baca storyny bikin mata berkaca kaca. perjuangan yg luar biasa. seandainya sambil di sisipin loker … lebih mantab kak. #saran.

    Reply
  2. Farika Yekti

    Ummi syg, pengalaman mu di ibu kota lebih kurang sama kyk yg aku alami dulu. Tp syg nya aku gagal dan memilih plg ke batam.*ini ditulis dg mata berkaca2

    Reply
      1. Farika Yekti

        2 thn yll farika krja disana. Baca posting ummi yg ini sprti flashback. Dulu swktu krja disana, hampir setiap mlm mewek. sukses y ummi syg di jkt, semoga allah mempertemukan kita amin :*

      2. alaniadita Post author

        Ih, kok kita bisa tidak bertemu, ya. Tapi sempet kerja disini? Meweknya karena kerjaan atau stress sama kehidupannya?

        Iya, aamiin Allahumma aamiin 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s