Kejutan di Akhir Ramadhan.

Di pagi hari H-1 menjelang lebaran, ku sempet blog posting tentang Ramadhan yang kujalani tahun ini. Merasa bersalah karena ternyata Blog ini pun “berpuasa” selama bulan Ramadhan.

Kemudian, bermain-main bersama keluarga yang hari itu sudah kumpul semua. Teh Sinta bersama suami dan anaknya sudah tiba dari H-2 lebaran.

Saya engga punya firasat apa-apa sampai tiba-tiba Kak Lia – salah seorang kakak kelas, volunteer, blogger dan sekarang sedang menjadi ketua nasional Akademi Berbagi menghubungi saya dan bilang kalau saya dapat hp baru. Eh dilalah proses loading gambarnya agak lamaan, saya berpikir. “Handphone apa ya? Emang saya abis ikutan lomba apa?”

Sampai akhirnya gambarnya kebuka..

THR Kumparaaaan.JPG

HUAAAAA! Samsung Galaxy S 10!

Ya ampun! Jadi akhirnya saya mengingat-ngingat. Ini bukanlah lomba bikin postingan baik di Blog atau Instagram. Hanyalah ikutan Polling dan Komen disalah satu artikel Kumparan mengenai “Mau Beli Smartphone Baru, Lihat Spesifikasi atau Merek?” Melihat temanya, sungguh ini bukan ‘saya banget’. Saya ndak ahli dalam bidang pilih pilih handphone. Saya juga bukan orang yang update gadget kaya Suryo – salah satu rekan di kantor yang selalu upgrade hape Samsung tipe S-nya.

Saya beli handphone hampir 3 tahun sekali, itu juga dalam batas emang diperlukan. Misalnya pada saat itu dari Blackberry ke Android. Kemudian dari jaringan 3G ke 4G. Saya berniat akan beli lagi jika nanti Indonesia sudah masuk jaringan 5G.

Yang kepikiran di otak saya pada saat harus mengomentari artikel itu adalah tentang konser-konser yang melarang membawa kamera pro. Seperti DSLR dan Mirrorless. Hal ini tentu saja amat disayangkan jika gawai kita ndak proper. Maka, jadilah komentar saya demikian;

THR Kumparan

Sst. Jadi dalam waktu dekat saya sedang merencanakan nonton konser artis internasional dengan harga tiket jutaan dan saya rela-rela untuk booking hotel di sekitar venue untuk menyempurnaan kepuasaan menonton konsernya.

Saya juga sempet berpikir untuk membeli gawai dengan kamera yang mumpuni untuk mendukung pengambilan gambar secara jelas. Namun, terlalu banyak prioritas yang membuat ini pelan-pelan menjadi redup.

Saya lupa, saya punya Allah yang menyerap semua keinginan hambaNya dan mengabulkannya bahkan disaat saya tidak memasukkannya ke dalam doa selepas sholat.

Disaat orang lain memberi komentar cukup pro, menjelaskan secara detail apa yang mereka pertimbangkan dalam memilih smartphone. Ada juga yang bombardir komentar berkali kali. Ada yang menjawab kemudian memohon untuk dimenangkan. Saya hanya komentar 2 paragraf. :)))))

Karena happy tak ingin dipendam sendiri, saya bagikan informasi kemenangan ini pada seluruh dunia a.k.a Status whatsapp, IG Story, Status Facebook. Selain di cie-cie-in, banyak juga yang memberi komentar.

“Berkah abis menjamu 2019 Laskar Langit ya, Kak.”

“Wah, ini karena Kak Nia sering berbagi ya, kak.”

“Rezeki orang yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan adik-adik ya.”

“Definisi dari rezeki anak sholehah ya, Teh.”

Ada satu cerita yang mungkin banyak yang belum tahu. Setahun yang lalu, saya membeli gawai Samsung Galaxy S9 yang harganya mencapai 2 digit, dengan installment. Cicilan 12x. Smartphone tersebut saya pinjami untuk usaha salah seorang teman. Baru 5 bulan, rumah ia kemalingan. Dimana S9 ini pun dibawa serta. Modal kami belum balik, kami kehilangan gadget yang masih dalam tenggang cicilan.

7 bulan berikutnya, saya harus membayar cicilan tersebut meski smartphone tersebut tidak lagi berada di tangan. :’)

Saya selalu berusaha melakukan afimarsi ke diri sendiri; “Itu bukan rezekimu. Uang yang keluar untuk membayar cicilan tsb padahal engkau tidak menikmati barangnya semata-mata karena emang itu bukan rezekimu-bukan uang yang bisa kamu nikmati. Jangan diingat-ingat. Jangan disesali. Nanti Allah jadi enggan beri rezeki”

Cicilan itu baru saja selesai bulan Maret yang lalu. 3 bulan berikutnya Allah ganti. Langsung!

Suryo, rekan kerja yang saya sebutkan diatas baru saja membeli Samsung Galaxy S10 ini ketika dapet Bonus Kinerja di akhir Maret kemarin, meanwhile bonus saya blas numpang lewat doang karena harus bayar hutang, cicilan disana sini.

Saya sempat beberapa kali memegang dan mencoba smariphone ini sambil berandai-andai bilang ke atasan saya, “Saya ini lagi mikir Pak Bos, kalau saya pulang kerumah bawah handphone harga puluhan juta kaya gini, ibu saya bakal komen apa ya? Kayanya saya bakal dikutuk deh. Secara udah 3 tahun punya rumah masih belum mampu bangun dapur.”

“Iya ya, Mba. Kalau saya punya uang segitu, ga akan jadi handphone, jadi Carpot.” Responnya.

Kami kemudian tertawa bersama.

Jika handphone saya atau handphone pak bosque sedang nge-hang, saya selalu melempar candaan. “Kita beli hape kek Suryo aja yuk, Pak. Installment lah 24x. Kalau cicilan 24x kayanya kita mampulah”.

Ternyata Allah ngasih jackpot sama saya; Menggantikan apa yang sudah saya bayar namun belum saya nikmati dan memberikan kepada saya tanpa perlu cicilan apalagi sampe nyicil 2 tahun. Alhamdulillah. :’)

Menanggapi beberapa anggapan tentang hadiah ini sebagai bentuk dedikasi saya dalam berkegiata sosial, hmm. Saya selalu percaya bahwa apa yang hilang dari kita terjadi untuk 2 hal;

  • Menabung untuk rezeki di kemudian hari.
  • Membayar untuk kesalahan yang terjadi di masa kemarin.

Disetiap momen kehilangan, saya selalu meyakini untuk poin ke-2, sampai rezeki datang saya mempercayai poin 1.

Misal, ketika saya harus membelikan tiket pesawat untuk keluarga yang hijrah ke Ibukota. Membayari bungsu untuk bimbel sebelum kuliah. Membayar sebuah biaya pendaftaran masuk universitas berkali kali dan diberikan kegagalan berkali kali pula. Berujung pada ia diterima dengan beasiswa yang biaya semester bulananya sampai 9 juta. Belum uang pangkalnya puluhan juta.

Atau disaat saya harus pergi ke sana ke sini, Lombok, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Batam hanya untuk ikut Kelas Inspirasi sehari. Atau membuat kegiatan One Day Fun Doing Fun. Secara materi, tentu ndak sedikit. Tapi kemudian, diganti lagi kok sama Allah. Dari menang lomba Blog berhadiah 8 juta, dilalah kontennya tentang ODFDF. Atau tiket pesawat PP Gratis kemana saja. Dan job-job menulis lain yang dihasilkan dari Blog ini.

Saya ndak pernah meniatkan berbagai kegiatan itu untuk suatu hari nanti Allah ganti rezekinya, Ndak pernah. Saya lakukan ya karena saya suka. Kemudian Allah mengapresiasi dengan rezeki yang bertubi tubi ini.

Yang jelas, saya pahami dan yakini. Tanpa pernah memberi kesempatan diri untuk memberi; Uang, Waktu dan Tenaga. Maka, akan sulit bagi Allah, Semesta dan sekelilingmu untuk mengisi kekosongan yang telah kau beri.

Untuk yang sedang berjuang menafkahi keluarga, untuk yang sedang berjuang untuk membantu sesama, untuk yang sedang berjuang membahagiakan anak yatim piatu dan dhuafa.

Jangan sedih hati dan berputus asa. Rezeki mereka ada pada kamu.

Biar Allah dan semesta yang membalas dengan menumpahkan rezekiNya kepadamu.

Well anw, selamat lebaran semuanya! Mohon maaf lahir batin yaaaa!

Setelah senang senang karena akan dapat gawai baru, sehari setelahnya Adik saya masuk rumah sakit tanpa memiliki bpjs. Ini bagian dari rezeki yang diambil untuk rezeki lain yang akan didapat. 🙂

6 thoughts on “Kejutan di Akhir Ramadhan.

  1. Sekar

    Wah bener ini rezeki dr arah yang nggak kita duga. Bukan beruntung tapi memang udah kaplingan rezekinya dari situ. Alhamdulillaaaaah. Kirain lomba blog haha ternyata cuma ikutan komen ya.

    Aku juga selama puasa, blog ikutan puasa hiks. Ini lagi ngumpulin nyawa buat rajin nulis lagii.

    Reply
  2. Pingback: Tour Jawa Barat untuk Liburan Lebaran | alaniadita

  3. Pingback: Duh, Society. | alaniadita

Leave a reply to Vivi Zulfiana Cancel reply