
Kawah Galunggung
“Jadi, berangkat kapan, kita?”
Sebuah bbm masuk ketika saya dalam perjalanan Yogyakarta – Jakarta malem itu. Saya emang sedang merencanakan short trip. Kali ini, saya ingin mengajak teman teman terdekat. Maka, yang saya ajak adalah Putri, temen sekamar saya selama di Jakarta. Mumun, teman dekat saya sedari SMA di Batam, Kuliah di Bandung dan kerja di Jakarta. Zen dan Reza, teman jaman saya D2 dulu di Bandung. Teh Dini, teman sekantor ketika di Bandung dan sekantor(lagi) di Jakarta.
“Lusa. Selasa. Pas libur kejepit, ya!” sent.
Berbekal browsing, saya tahu perjalanan ke Galunggung bisa dilakukan dalam one day trip. Kami sepakat untuk memulai perjalanan di malam hari, sehingga bisa menikmati udara pagi dari kota Tasik. Saya baru tiba di Jakarta Senin Pagi. Belum belum unpacking ransel dari perjalanan saya ke Yogya, malemnya saya bergegas untuk packing kilat lagi demi perjalanan ke Galunggung yang akan dilakukan malam itu juga.
Pukul 9, setelah drama berkenalan maya antara Mumun dan Reza, kami ber 6 sudah berkumpul di terminal lebakbulus. Menanti Primajasa Jurusan Tasik. Tujuan kami, Terminal Indihiang.
Lampu bus yang remang remang, sesekali alunan musik dangdut dan suara putri yang berkali kali berteriak, “Mau Bakpia?” sambil mengacungkan sekotak bakpia menemani perjalanan kami malem itu. Selanjutnya, kami tertidur.
Kami terbangun ketika semua orang bergegas untuk keluar dari Bus. Sudah sampai di Terminal Indihiang ternyata. Masih pukul 3 pagi. Kami menepi ke warung yang lampunya menyala. Mengembalikan kesadaran yang masih diawang awang sambil mencomot beberapa gorengan dan minuman hangat.
Adzan shubuh berkumandang dari Mesjid yang terletak didalam Terminal. Disana, kita bisa meluruskan kaki sambil menunggu matahari keluar perlahan.
Continue reading →