Gala Premiere Film Critical Eleven

Kalau saya ditanya orang yang  ingin sedang ingin baca buku bagus, pasti deh saya merekomendasikan buku-bukunya Ika Natassa. Saya mulai baca bukunya dari Divortiare, kemudian baru nyari buku lain yang ditulisnya. A Very Happy Yuppy Wedding, Antalogi Rasa, Twitvortiare 1 dan 2, Critical Eleven dan The Archictecture Of Love. Dan saya suka semua, Ika sangat ciamik melihat pasar dan mengikuti perkembangan teknologi.

Twitvortiare misalnya, itu adalah novel dari twit yang dibukukan. Twit nya pun berasal dari sambungan kehidupan tokoh utama di buku Divortiare. Meski cuma sepenggal-sepenggal 140 karakter, tetep seru dan tidak bosan untuk dibaca karena tetap bercerita.

Tidak cukup satu kali, sekuel Twitvortiare keluar lagi edisi kedua, dan ya, salah satu twit saya ada disana. Haha. #ngeksis.

The Architecture of Love juga demikian, dimulai dari serial twit di twitter selama 2 kali seminggu, bikin kita berasa nonton serial dan nunggu jam-jam dimana beliau akan nge-twit.

Nah tahun ini, banyak produser yang ‘meminang’ karyanya untuk di film-kan. Mari bicara tentang Critical Eleven. Awalnya Critical Eleven adalah cerpen yang ada pada Antalogi Cerpen Gramedia; Autumn Once More.

Autumn Once More.jpg

Sumber: Twitter Ika Natassa

Berangkat dari cerpen, maka jadilah cerita dalam Novel Critical Eleven dengan Ale dan Anya sebagai pemeran utama.

Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah Critical Eleven; sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing. Secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It’s when the aircraft is most vulnerable to any danger. In a way, it’s kinda the same with meeting people. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah—delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.

Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya. Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertemuan pertama mereka. Diceritakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta atau benci kepada karakter-karakternya, atau justru keduanya.

Saya baca novel ini dalam perjalanan liburan Jakarta – Bali dua tahun yang lalu. Habis terbaca sebelum waktunya pulang. Ada rasa ingin buru-buru baca karena penasaran, ada rasa ingin baca pelan-pelan takut kehabisan bacaan di perjalanan pulang.

Selesai membaca, saya melengos panjang. Ika sangat apik dalam bertutur, menciptakan adegan, mendekatkan pada realita, mengaduk-adukkan emosi para pembacanya, huh.
Maka, saya sebagai pembaca dan pengagum beliau sempet deg-degan ketika film ini diluncurkan. Saya takut kecewa layaknya saya menonton film Sabtu Bersama Bapak yang tidak sesuai ekspektasi saya.

Kabar bahagianya dari proses pembuatan Film ini adalah, Ika mengundang 555 pembacanya untuk bisa ikut dalam Gala Premiere-nya! Huwaw. Jadi sebelum ini, Ika emang selalu mengadakan pre-order untuk buku-bukunya yang seringkali habis dalam itungan menit meski dalam disediakan dalam jumlah ribuan. Pun dengan penjualan tiket ini, Go-Tix sebagai aplikasi yang digandeng untuk pembelian tiket ini langsung down tepat pukul 11, dimana seharusnya pukul segitu pembelian tiket ini dibuka :))) Yatuhan, padahal untuk 1 tiket dibanderol dengan harga Rp. 180,000,- (Goodie Bag, Novel, E-Money edisi khusus dan Poster)

Kabar buruknya, saya kehabisan! *menatap nanar saldo Go-Jek yang bisa buat 2x isi paket data*

Karena Badai Pasti Berlalu, datanglah Kang Mas dengan Screenshoot tiket yang berhasil dia dapatkan. Kegirangan dong. Saking senengnya, malem itu saya ajakin beliau untuk ke Big Bad Wolf 2017 (?) Haha. Karena beberapa hari setelah hari itu, kami berdua sibuk kesana kemari yang memungkinkan tidak akan sempat untuk ke BBW lagi.

Jadilah film yang sedianya akan tayang hari ini, 10 Mei 2017 saya berhasil nonton duluan ditanggal 5 Mei 2017.

Saya sangat menikmati film adaptasi ini. Sangat. Kalimat-kalimat yang menurut saya ‘menohok’ didalam buku, hampir semua divisualisasikan didalam filmnya. Ah, Jenny Jusuf selaku penulis skenario yang tentu saja didampingi Ika Natassa sudah tidak lagi diragukan kemampuannya. Belum lagi pemain utamanya kelas nomor wahid; Adinia Wirasti dan Reza Rahardian, mereka berduaa uuuh chemistry-nya dapet sekali.

Selepas membaca buku maupun menonton filmnya saya menyadari bahwa ya, berantem atau berbeda pendapat atau merasa paling benar dalam sebuah hubungan itu wajar dan sah-sah saja. Ika Natassa membuat pembaca dan penontonnya untuk tidak memihak, untuk menilai bahwa tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah. Namun sudut pandang yang buat terlihat itu salah.

Critical Eleven Package.jpg

Paketan nonton Gala Premiere.

Nah, setelah film ini rilis, terbit kembali pula Novel ber-cover pemain utama Film Critical Eleven. Saya sempat buka dan baca, novel ini tidak sama dengan novel sebelumnya. Dengan isi cerita yang sama namun alur yang berbeda. Membaca ulang buku ini bikin rindu dan ingin nonton kembali.

Yuk ah, serbu bioskop mulai dari hari ini! 🙂

3 thoughts on “Gala Premiere Film Critical Eleven

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s