Kalau saya ditanya orang yang ingin sedang ingin baca buku bagus, pasti deh saya merekomendasikan buku-bukunya Ika Natassa. Saya mulai baca bukunya dari Divortiare, kemudian baru nyari buku lain yang ditulisnya. A Very Happy Yuppy Wedding, Antalogi Rasa, Twitvortiare 1 dan 2, Critical Eleven dan The Archictecture Of Love. Dan saya suka semua, Ika sangat ciamik melihat pasar dan mengikuti perkembangan teknologi.

Sumber: IG Ika Natassa
Twitvortiare misalnya, itu adalah novel dari twit yang dibukukan. Twit nya pun berasal dari sambungan kehidupan tokoh utama di buku Divortiare. Meski cuma sepenggal-sepenggal 140 karakter, tetep seru dan tidak bosan untuk dibaca karena tetap bercerita.
Tidak cukup satu kali, sekuel Twitvortiare keluar lagi edisi kedua, dan ya, salah satu twit saya ada disana. Haha. #ngeksis.
The Architecture of Love juga demikian, dimulai dari serial twit di twitter selama 2 kali seminggu, bikin kita berasa nonton serial dan nunggu jam-jam dimana beliau akan nge-twit.
Nah tahun ini, banyak produser yang ‘meminang’ karyanya untuk di film-kan. Mari bicara tentang Critical Eleven. Awalnya Critical Eleven adalah cerpen yang ada pada Antalogi Cerpen Gramedia; Autumn Once More.

Sumber: Twitter Ika Natassa
Berangkat dari cerpen, maka jadilah cerita dalam Novel Critical Eleven dengan Ale dan Anya sebagai pemeran utama.
Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya. Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertemuan pertama mereka. Diceritakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta atau benci kepada karakter-karakternya, atau justru keduanya.
Saya baca novel ini dalam perjalanan liburan Jakarta – Bali dua tahun yang lalu. Habis terbaca sebelum waktunya pulang. Ada rasa ingin buru-buru baca karena penasaran, ada rasa ingin baca pelan-pelan takut kehabisan bacaan di perjalanan pulang.
Saya sangat menikmati film adaptasi ini. Sangat. Kalimat-kalimat yang menurut saya ‘menohok’ didalam buku, hampir semua divisualisasikan didalam filmnya. Ah, Jenny Jusuf selaku penulis skenario yang tentu saja didampingi Ika Natassa sudah tidak lagi diragukan kemampuannya. Belum lagi pemain utamanya kelas nomor wahid; Adinia Wirasti dan Reza Rahardian, mereka berduaa uuuh chemistry-nya dapet sekali.
Selepas membaca buku maupun menonton filmnya saya menyadari bahwa ya, berantem atau berbeda pendapat atau merasa paling benar dalam sebuah hubungan itu wajar dan sah-sah saja. Ika Natassa membuat pembaca dan penontonnya untuk tidak memihak, untuk menilai bahwa tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah. Namun sudut pandang yang buat terlihat itu salah.

Paketan nonton Gala Premiere.
Nah, setelah film ini rilis, terbit kembali pula Novel ber-cover pemain utama Film Critical Eleven. Saya sempat buka dan baca, novel ini tidak sama dengan novel sebelumnya. Dengan isi cerita yang sama namun alur yang berbeda. Membaca ulang buku ini bikin rindu dan ingin nonton kembali.
Yuk ah, serbu bioskop mulai dari hari ini! 🙂
nih pilem bikin baper maksimal yes?
Rezaaaaa paporit akoooh hahahha
Dek, btw, pls BW postingan aku yg ttg anyang2an dung hihi 🙂 Maacih
Bagus y filmnya?
Bagus gk?