Tentang Kekerasan pada Perempuan dan Anak.

“Mah, selama ini Nurul merasa hidup nurul baik-baik saja. Karena jujur, dari kecil sampai hari ini Nurul merasa tidak ada yang aneh selama menjalani hidup. Masa kecil yang bahagia, masa remaja yang seru, dan masa-masa kuliah yang menyenangkan. Mulai TK sampai SMA, papa selalu dengan setia mengantar sampai gerbang sekolah. Kuliah, meski jauh dan menjadi anak rantau, selesai juga dengan baik meski jungkir balik.”

Saya membuka obrolan pagi tadi bersama Mamam di Dapur. Saya baru saja memasak air untuk mandi, sementara mama duduk disebelah meja makan memperhatikan gerak gerik saya. Mama masih diam, seolah tahu kalimat saya belum selesai.

“Tapi ternyata, Negeri kita sedang tidak baik-baik saja. Kemarin Nurul ikutan Workshop tentang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Banyak fakta mencengangkan yang membuat Nurul bergidik dan jadi ngelamun mikirin ini itu. Nurul baru tahu, bahwa Indonesia menjadi penyumbang video pedofil terbesar kedua dan tujuan wisata seks pedofil pertama di Dunia. Banyak kasus pelecehan pada anak karena orang dekat, banyak perempuan di hujat dan dibully oleh perempuan lainnya yang kebanyakan tidak saling mengenal.”

Jadi ceritanya, Minggu lalu saya menghadiri kegiatan dari serempak.id (Website seputar perempuan dan anak), inovasi yang dikembangkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan – Perlindungan Anak (KPP-PA) bekerja sama dengan IWITA (Indonesia Women IT Awareness), Organisasi Perempuan Indonesia Tanggap Teknologi
telah diberi kehormatan oleh KPP-PA menjadi mitra pengelola website Serempak.

Hadir sebagai pembuka Sri Danti, Plt Deputi Bidang Kesetaraan Gender KPPPA dan narasumber diantaranya; Ratna Susianawati selaku Asdep Bidang Infrastruktur dan Lingkungan KPPPA, Martha Simanjuntak selaku Founder IWITA, Ina Rachman selaku advokat & aktivis Perempuan, dan Maman Suherman selaku penulis.

https://www.instagram.com/p/BcG161EhYJN/?taken-by=alaniadita

Menyoal kasus perempuan yang belakangan beredar tentang Artis perempuan yang baru saja melepas hijabnya, tentang seorang anak yang melabrak (katanya) selingkuhan ayahnya, tentang seorang ustadzah yang dituding punya affair dengan seorang ustadz. Berita tersebut kemudian berkembang, masuk ke akun-akun gosip di Media Sosial kemudian dikomentari berjamaah oleh Nitizen.

Benang merahnya kemudian, semua kejadian yang terjadi itu yang dianggap salah adalah perempuan. Lantas, dengan semua kesalahan ada para perempuan, laki-laki yang terlibat dianggap tidak bersalah? Semua orang terlalu sibuk dengan korban sampai lupa pada pelaku. Yang disorot dan dikomentari dari sisi perempuannya, hampir jarang yang menyoroti pihak laki-lakinya.

WHY?

Iya, mereka bisa saja salah jika iya yang diberitakan media akhir-akhir ini benar. Mereka salah. Dibalik mereka, ada lagi orang-orang yang paling salah. Pertama, yang memberitakan. Kedua, yang menghujat. Dengan tanpa mencari tahu kebenaran dan tanpa tahu bagaimana posisi perempuan-perempuan itu. Huft. 😦

Sebelum itu, pernah mendengar wacana test keperawanan untuk perempuan sebelum mulai bekerja? Kang Maman turun tangan berkomentar, “Justifikasi yang luar biasa, bahkan sebelum mengetahui kompetensi seseorang, sudah dinilai baik dan buruk hanya karena keperawanan. Ini kan jahat sekali, ya? 😦 And again, kenapa hanya perempuannya saja? Laki-lakinya ndak? -___-‘

Tentang hubungan dalam rumah tangga. Menurut Ina Rachman selaku aktivis perempuan. Banyak sekali perempuan yang mempertahankan rumah tangga hanya karena takut kehilangan nafkah meski badan dan hatinya hancur lebur disakiti oleh suaminya.

Itu baru tentang Perempuan. Berbicara tentang Anak banyak lagi. Pelecehan Seksual seolah menjadi makanan sehari-hari bagi KPP PA. Faktanya, banyak sekali anak usia dibawah umur yang menjadi korban pelecehan Seksual. Banyak. Namun, tidak banyak yang mencuat ke permukaan karena banyak hal. Kebanyakan, tidak berani bersuara karena malu. Atau pelaku adalah orang terdekat seperti tetangga, paman, ayah, kakek. Atas nama ‘orang dekat’ menjadi biasa untuk ‘dimaafkan saja’. :((((

Kemarin, saya menonton Youtube Channel yang menyuarakan tentang pelecehan ini. Diceritakan disana, 2 orang mahasiswi sedang saling curhat tentang bagaimana ia dilecehkan oleh Dosen Pembimbingnya dan tidak berani menolak hanya karena takut skripsinya disulitkan. Pun ketika ia mengadu pada Ibunya, respon yang ia terima adalah; “ikuti saja maunya, biar kamu dipermudah”.

KU SEDIH. 😦

Mama menyimak pemaparan saya. Sesekali tampak kaget dengan fakta-fakta yang saya ceritakan ulang hasil dari penjelasan para narasumber yang saya dapatkan minggu lalu. Kemudian kami terlibat diskusi yang menarik. Tentang bagaimana mama menjalankan perannya sebagai seorang Ibu yang 24 jam waktunya untuk anak-anaknya.

PEKA.

Salah satu keinginan terbesar adalah kelak menjadi Ibu Rumah Tangga seperti Mama yang bisa memahami anak-anaknya secara detail. Mama bisa menangkap perbedaan raut wajah anak-anaknya yang gelisah. Dengan bahasanya, ia bisa membuat adik saya kala itu mengaku bahwa ia sedang di-bully dan di-palakin. Palakin itu semacam ditodong untuk menyerahkan sejumlah uang. Mama menjadi orang pertama yang bolak-balik ke sekolah demi mendapat jaminan bahwa anaknya akan baik-baik saja. Sekali beliau lapor dicuekin, kedua kali diacuhkan, ketiga kali ada korban lain yang mengadu baru deh si Pelaku dihukum.

Supporter Nomor Wahid.

Saya inget banget, semenjak kelas 7 (1 SMP) kakak saya getol sekali mengingatkan tentang kewajiban perempuan untuk berhijab. Saya mulai berhijab kelas X (1 SMA). Ketika mengutarakan keinginan berhijab, mama sempat berkomentar; “Yakin? Ga mau pake baju baju seksi?”

Ketika saya kekeuh mau berhijab, beliau bilang ke saya; “Silahkan berhijab, namun jika suatu hari hati kamu sudah tidak nyaman dengan berhijab. Buka aja, gpp. Jangan pernah ragu-ragu hanya karena takut mama dan papa malu. Karena yang penting bagi kami, apapun yang kamu lakukan itu semua lahir dari hati.”

Saya sampe melongo sendiri sambil geleng-geleng kepala. Semakin mama bilang begitu, rasanya semakin ga kepikiran buat saya melepas hijab.

Bebas bertanggung jawab atau dikekang tidak perlu bertanggung Jawab

Tidak mudah buat mama melepas anaknya satu persatu ke tanah perantauan. Apalagi papa yang selama kami berseragam selalu setia menyempatkan diri untuk mengantar kami.

Mama memberi 2 pilihan pada kami; Silahkan hidup bebas namun apapun yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan atau tidak perlu bertanggung jawab, tapi mama akan seperti polisi mengawasi kami dari jauh.

Saya dan kakak saya memilih pilihan pertama. Kami bebas mengatur waktu dan hidup selama kami jauh dari rumah, tapi semua yang kami lakukan, kami pastikan kami mampu untuk bertanggung jawab. Saya rasa pilihan kami cukup tepat. Kebayang, jika apa-apa diawasi dan dilarang. Saya udah pasti akan melanggar semua aturan yang mama beri.

Penjamin kebahagiaan.

Saya pernah bekerja di Perusahaan yang menetapkan pinalti jika berhenti bekerja sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. Ketika hal ini saya utarakan ke Mama, respon beliau diluar dugaan saya;

Kamu bekerja semampu kamu. Namun, jika nanti terasa berat, kamu keluar saja. Mama akan menyiapkan dari sekarang nominal pinalti kamu. Kapanpun kamu merasa terbebani, jangan pernah berpikir sayang uangnya. Karena buat mama yang paling penting kamu sehat, tidak stress dan kerja dengan bahagia.

Itulah salah 4 bagaimana mama ‘mendidik’ kami anak-anaknya. Hal ini juga yang membuat saya merasa aman dan hidup baik-baik saja dan merasa jauh dari Isu tentang perempuan dan pelecehan seksual pada anak. Imho, keluarga emang gerbang utama dari setiap peradaban manusia. Jika dasarnya kuat, maka manusia itu akan kuat sehancur apapun lingkungan disekitarnya, berlaku pula kebalikannya.

Dengan perkembangan sekarang, saya yakin PR saya banyak banget untuk kedepannya. Bisa jadi apa yang mama terapkan belum tentu bisa saya contek ilmunya bulat-bulat. Saya merasa banyak sekali hal yang harus saya cari tahu berikut dengan solusi terbaiknya akan seperti apa.

Saat ini, karena media sosial menjadi primadona di zaman sekarang, saya hanya bisa memahami benar-benar pesan dari Kang Maman untuk selalu ingat 3B ketika menerima informasi. Bener – Baik – Bermanfaat.  Apakah berita tersebut benar? Secara hari gini berita hoax ada dimana-mana. Kemudian, apakah berita yang tersebar Baik? dan yang terakhir apakah akan bermanfaat jika kita menekan tombol share/repost?

Itu baru untuk reshare/repost, untuk meninggalkan jejak di kolom komentar tentunya harus banyak lagi pertimbangannya. Belajarlah, untuk tidak merendahkan, menjelekkan hanya karena dia perempuan terlebih kita yang berkomentar juga perempuan.

Semoga kedepannya, kita bisa sama-sama menyukseskan program 3 Ends dari Pemerintah.  Akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, Akhiri perdagangan manusia, dan akhiri kesenjangan ekonomi terhadap perempuan dan anak. Dan ini tentu saja tidak bisa dilakukan sendiri, harus bersatu padu dan saling.

Dan bila pada prosesnya nanti kita temukan hal-hal rasanya sulit untuk diselesaikan sendiri, Serempak.id bisa dijadikan referensi untuk mencari informasi. Dan jika butuh orang untuk diskusi, bisa menghubungi IWITA (Indonesia Women IT Awareness) adalah Organisasi Perempuan Indonesia Tanggap Teknologi.

Yuk ah, bismillah kita selamatkan Negeri!

2 thoughts on “Tentang Kekerasan pada Perempuan dan Anak.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s