Jadi, bagaimana mengajar di Bandung?
Kalau di Kelas Inspirasi Lombok, satu kelas diisi oleh 4 orang Inspirator sekaligus, anak anak yang diatur paling banyak 20 orang. Itu juga uda penggabungan dari 2 kelas. Jadi, kalo uda mulai krik krik moment, bisa lempar ke Inspirator lain. Terus kita istirahat. Di Bandung? Beda jauh! Satu kelas benar benar satu orang Inspirator, bahkan kami sempat kebingungan karena kekurangan Inspirator. Rasanya? Pengen pulang. hahaha. π
KELAS IV
Saya dijadwalkan dikelas 6B sebenernya, namun, ternyata kelas 6A dan 6B digabung, sehingga saya ‘dilempar’ menuju keas IV. Pertama kali melihat anak anak didalam kelas ini dari pintu, mereka semua duduk sangat rapih. Tangan dilipat diatas meja. Melihat saya serius dari bangkunya masing masing.
Saya berjalan masuk ke dalam kelas, serentak anak anak tersebut mengucapkan, “Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..” tanpa dikomandi. Saya diem sebentar, sampai akhirnya, menjawab, “Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh”. Kemudian hening dan saya bingung harus gimana. π
“Kok diem?” Akhirnya itu kata kata yang keluar dari mulut saya. Mereka masih diam. Salah nyapa ini mah. Untuk mengatasi grogi, saya mulai bertanya, “Ada kapur ga, ya?” | “Yang piket hari ini, siapa? Boleh ambilkan kapur?”
Dua orang perempuan berdiri, lalu keluar kelas. Sambil menunggu, saya bertanya lagi. “Enaknya kita belajar apa ya?” | “MATEMAAAAAAATIIIIKAAAAAAAA!” serempak mereka menjawab. Mampus kan. Salah nanya. “Baik, sebelum mulai, aku tulis namaku dulu ya.”
“Panggil saja Nia. Mau manggil Ibu Nia atau Kak Nia?” | “KAAAAK NIAAAAA!”
“Oke baik, kalo pada suka Matematika, kita mulai dari berhitung ya. Namun, dikelipatan 3, kalian harus teriak Dung. Ngerti ya?” *yes, langsung masuk ke ice breaking pertama*
Kemudian kemudian, saya keasikan mengajak mereka bermain. Sehingga lupa menyampaikan materi yang saya ingin sampaikan. Akhirnya, saya membuat papan cita cita. Dimana, mereka menuliskan namanya, dan ingin menjadi apa suatu hari nanti. Kemudian ditempel deh.
Anak anak dikelas ini rame dan asik sekali. Sampai saya keluar kelas, mereka masih dadah – dadah – in saya dari Jendela. “Kaaakk Niaaaaa” teriak mereka sambil dadah dadah. Aih, dik. :’)
Kelas III
HAP! beranjak ke kelas berikutnya, saya dapat jatah dikelas III. Anak anaknya mulai pasif dan tampak tidak tertarik. Saya kembali bingung harus memulai dari mana. Alhasil, saya mengeluarkan kertas absen yang ceklokan itu. Saya bagikan ke mereka. Maksud hati ingin mengajarkan tentang tepat waktu dan disiplin dari bagaimana mereka mencatat waktu kedatangan dan pulang menuju dan dari sekolah. Yang ada malahan.
“Kaaak, kalo tadi dateng jam setengah tujuh, tulisnya apa?”
Eyaaa! ternyata mereka belum belajar sampe masalah menuliskan waktu. Jadi belum pada tahu, bahwa setengah tujuh itu sama dengan 06.30 atau jam delapan kurang seperempat itu 07.45 :DD
FAILED! hahha.
Bikin papan cita cita lagi aja deh, yuk, dek!
Kelas II
Kelas penguji kesabaran no wahid ini mah. Saya masuk disambut anak anak kicik yang menggemaskan.
“Ayo kita belajar. Keluarkan pensil kalian semua!” ujar saya berapi api.
“GA MAUUUUUUU!” teriak mereka serempak.
“Duh. Jadi maunya apa?” tanya saya lagi.
“MAIIIINNNN”
Semenit kemudian mereka sudah berdiri dan beranjak dari mejanya masing masing. Mendekati saya yang sedang berdiri dihadapan mereka.
“Oke baiklah, mari kita main ngg..”
*maka, 45 menit didalam saya hanya bernyanyi. Bergoyang. Dan sibuk mendiamkan mereka yang pa dorong dorong dan ga bisa diem nya Subhanallah*
Kelas VI
“Nia, kelas VI kosong tuh. Kamu masih satu kelas lagi, kan?”
Sungguh saya terlalu capek menghadapi krucils dikelas 2 tadi. Saya kehabisan tenaga. Satu kelas lagi masih menunggu.
Saya masuk dan berniat memberikan materi tentang pengisian CV. Biarkan saja mereka mengisi CV, saya duduk nyantai aja di meja guru. Begitu pikir saya. Maksud dari materi ini, supaya mereka ngeh untuk mulai aktif berorganisasi. Mulai belajar berprestasi.
Di ujung sample CV yang saya bikin, ada satu pertanyaan; “Sebutkan kelebihan dan kekurangan yang kamu miliki?”
Ada dong, anak yang menjawab, “Kurang makan dan kurang minum” | ‘iya dek. kita sama sama lelah dan butuh asupan makan dan minum segera, ya, dek, ya. *desperate*
Well, kelas Inspirasi Bandung mengajarkan banyaaaaaak hal lagi kepada saya. Hal baru, Ilmu baru, teman baru, adik adik baru. π
Saya semakin tertantang untuk terus berfikir bagaimana caranya menyederhanakan bahasa untuk menyampaikan materi kepada adik adik ini. Semakin berfikir kreatif untuk memilah milih ice breaking. Mencari ide untuk membuat papan cita cita dan semacamnya.
Saya yang dulu pernah bermimpi menjadi guru, seengga nya dijembatani oleh kegiatan ini. π Saya ngacungin dua jempol deh buat para guru. Para pemberi Ilmu. Pahlawan tanpa tanda jasa yang satu itu. π
Ini, ada dua video hasil dari videographer diarea saya mengajar. Hanya ada beberapa scene sih yang ada sayanya. Ada yang cuma bagian ngapusin papan tulis doang. Whateverlah, yang penting saya seneng. Seneng banget!
Video bikinan kang Amin Budiman
Video bikinan kang Adjie
Kamu? Tertarik mencoba ‘mengatasi’ anak anak Indonesia? π
*kemudian jadi deg-degan*
AAAA. harus semangat!
Pingback: Kelas Inspirasi Semarang #2; SD Ngaliyan 04 | Alania