3 tahun yang lalu, saya punya pengalaman buruk menarik ketika nenda di Kepulauan Seribu. Ceritanya, pernah saya tulis disini. Nah, kemarin, dalam rangka icip icip Berlayar dengan Sabuk Nusantara 46, saya pun memilih untuk kembali nenda.
Kami memilih turun di Pulau Pramuka. Setelah googling & browsing, ada 2 pilihan tempat yang bisa kami pilih untuk nenda. Pulau Karya & Pulau Semak Daun. Dari segi biaya, lebih murah Pulau Karya, karena tinggal menyebrang dengan kapal motor seharga Rp. 4,000,- sekali jalan. Sementara, menuju Pulau Semak Daun, kita harus menyewa satu buah kapal seharga Rp. 250,000,- an (untuk < 5 orang)
Dengan semangat hemat, tentulah ya kami memilih Pulau Karya. Dalam perjalanan, saya sempat melihat restoran diatas laut, dan iseng nanyain ke pak supir kapal nya, itu apa dan berapa kalau makan disitu. Beliau pun menyambut baik dengan, “save aja nomer saya. Nanti malem kalau mau makan disitu, saya jemput dan saya antar.”
Singkat cerita, sampai dan turunlah kami di Pulau Karya. Hmm, sepi sih di dermaga, hanya ada sepasang muda mudi sedang ngobrol berdua. Mungkin, di bagian samping nendanya, pikir saya. Kami pun berjalan menuju samping. Kosong! Ada sih, pasir putih dan sedikit pantai, namun tak kami temukan tenda berdiri.
Mungkin dibagian lain, kami masih berpikir positif, sambil muter dan melihat-lihat. Jadi, didalam Pulau Karya ada kantor polisi dan beberapa ruangan yang digunakan seperti untuk kantor. Ditengah-tengahnya ada lapangan bola yang tentu saja kosong melompong. Setelah berkeliling, kami yakin di pulau ini tidak ada yang nenda. Muahahaha.
Ada beberapa ibu-ibu yang sedang menumpang mencuci & menjemur pakaian yang memberikan saran, “nenda aja, gpp. Lapor aja sama yang jaga di kantor polisi. Biar di jagain.” #kemudianhening
Kami memutuskan buat menelepon si Bapak supir kapal tadi yang bernama Pak Paul untuk nego ke Pulau Semak Daun. 😀
Sepakatlah di Harga Rp. 250,000,- pulang pergi sudah termasuk alat snorkel & snorkel sebentar sebelum di drop ke Pulau Semak Daun.

Gerbang Pulau Semak Daun
Berdasarkan cerita Pak Ramon dulu, bahwa menginap disini harus membayar Rp. 150,000,- per tenda, ternyata hoax. Kemarin, kami hanya diminta uang retribusi sebesar Rp. 35.000,- per orang. Menurut saya, its worth it melihat kondisi pulau ini yang bersih dari sampah.
Dulu saya tahunya, pulau ini adalah pulau kosong hutan belantara gitu. Jadi emang surviving island. 😀 Eh ternyata engga, memasuki Pulau ini, saya melihat warung dan WC. huaaa Alhamdulillah. Dan, ada beberapa lampu. Lumayan lah buat nerangin kala malam tiba.

Warung Wajib Lapor.
Karena sebelumnya snorkeling, saya sempet galau kan nanti mandinya gimana. Secara badan kan lengket-lengket aneh gitu kan. Kegalauan saya pun sirna setelah melihat ada WC dan dijualnya air netral seharga Rp. 20,000,- per galon.

Penyelamat Badan 😀
Ada sih air, tapi air payau gitu. Sebelas duabelas dengan air laut. haha. Nah, entahlah kebetulan atau gimana, dulu jaman kemping di Pulau Bira, petir menyambar-nyambar pukul 2 pagi. Dilalahnya disini juga, tepat pukul 2 pagi, kilatan dan hujan besar. Beberapa tenda ada yang roboh dan riuhlah dini hari.
Beruntung, ada warung yang bisa dijadikan tempat untuk berteduh.
Menurut saya pribadi sih, Pulau Semak Daun ini asik banget buat nenda. Teduh, bersih, fasilitasnya cukup. Air pantainya bening. Jadi, snorkel di depan tenda aja asik.
Setelah 2x nenda di Pulau Seribu, dan keduanya saya merasa ZONK. Mungkin inilah tips dari saya kalau mau nenda di Pulau Seribu.
- Googling & browsing dengan benar-benar dan serius tentang pulau yang mau kita inapi. Make sure, kalau pulau tersebut emang diperuntukkan untuk nenda. Baca seksama jika ada pengalaman blogger. Kalau rame-rame ga issued sih di Pulau sepi macam pulau Karya, tapi kalo cuma bertiga-berempat ya serem juga ya, bok.
- Pulau Bira itu Pulau pribadi yang tidak bisa untuk nenda kecuali booking. Fyi.
- Tawar-menawar kapal is a must. Berbekal pengalaman tertipu ketika ke Pulau Bira. Pastiin bener-bener tarif pulang perginya. Kalau bisa ada saksi, sehingga ga ZONK kalau kalau salah dengar.
- Bawa logistik yang cukup. Terutama untuk makan & minum. Walaupun ya, di Pulau Semak Daun ini ada warung dimana ada Air Mineral, kopi & pop Mie.
- Terakhir, tetaplah ramah. Karena apapun yang akan terjadi nanti, sial atau bernasib baik, akan banyak orang yang akan ngebantu kita kalau kitanya ramah, baik hati, tidak sombong
dan hobi nraktir.
Menghadapi weekend, yuk kita nenda!

Salam cerah dari Kepulauan Seribu!
Jadi kalau di Pulau Karya suasananya gimana? Banyak pohon-pohon juga seperti Semak Daun?
Hmm.. Banyak. Tapi engga di lokasi camp nya 😀
Di tempat tenda berdiri sih, jarang po’on dan ga nempel langsung dengan laut. Jadi ga bisa kecipak kecipuk kaki.
Iiih, seruuu lah ya, walopun banyak zonk di sana-sini *pukpuk
Kalo udah emak2 macem diriku sepertinya lebih milih tenda yg udah jadi gitu 🙂 Hihihiii, ogah ribet.
Hahahha.
Nanti aku yang ngeracunin Sidqi mba. Biar dia yang bangun tendanya, ya. haha.
lumayan hemat kan ya
Iyaaa mbaa. Lumayaan utk weekend gateway maahh 😊
wah lumayan hemat xixixixixi
Iya, hehe.
Jadi kepingin nenda d pulau, biasanya d gunung thok 😃
Hahaha. Ayo dong ~~
Wah seruuuu! Terakhir nenda itu pas SMA ikut jambore. Satu tenda isi 8 orang terus pas hujan jadi pada basah tasnya karena air masuk lewat celah tenda hahaha…
Pramuka gitu ya, kak Chik. haha.
Ayo atuh coba lagi 😀
Pengen tapi nunggu momennya aja. 😀
bagi nomor supir kapal yg dr pramuka dong.. thx
Halo, Mas. Boleh email ke alaniadita@gmail.com ya 🙂
Pingback: Drama mencari Tenda dan Tips memilih Tenda Camping. | alaniadita