Tag Archives: #Sharing

Broken Home

β€œKo sih enak, nyot. Punya keluarga bahagia. Papa, mama, kakak dan adik adik ko selalu ada. Keluarga ko harmonis.” Sahabat saya berbicara seperti ini sambil menahan amarah seraya menunjuk nunjuk muka saya. Saat itu, saya anggap angin lalu. Malah dalam hati sempet ngedumel, β€œkalau kondisi nya bisa dibalik, saya juga ingin kali seperti dia. Bisa fokus kuliah. Aktif organisasi. Ga seperti saya yang harus kerja kuliah begini.”

Siang tadi, saya ga sengaja baca berita tentang seorang anak umur belasan tahun yang bunuh diri karena berasal dari keluarga yang broken home. Diceritakan disitu, bahwa ayah dan ibunya bercerai, kemudian saling menikah lagi. Ia merasa terabaikan. Sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan gantung diri didalam lemari.

agaYes, namanya Aga. Berita lengkapnya bisa baca disini. Continue reading

Proses Rekrutmen.

Mau ngelanjutin, postingan tentang Jobseeker kemarin ah. Setelah perjuangan mencari pekerjaan usai, masih ada badai berikutnya, proses rekrutmen. Pernah gagal? ya, pernah. Sering ga, ya? Ngg..

Masing masing perusahaan punya standart proses rekrutmen nya masing masing, kebanyakan mirip mirip, beberapa ada juga yang beda. Saya pertama kali ikut proses ini waktu di kantor pertama di Bandung. Waktu itu, boro boro mau googling/beli buku tips lolos psikotes/interview, saya lempeng aja gitu psikotest tanpa bekal. Bagian pertama, test logika aritmatika, ini berhubungan dengan hitung hitungan. Ditahap ini, saya sik ngerjain sebisa dan semampunya aja, kalo ga nemu ya, pake logika aja, angka angkanya ditambahin, dikurangin, dikaliin, dibagi sampai ketemu hasil akhir yg ada di pilihan jawaban πŸ˜€

Kemudian, test logika penalaran. Bentuknya yang kaya gini loh.

Sumber gambar dari sini

Sumber gambar dari sini

Saya sih ya, ngisinya pake perasaan aja. Sambil dikira kira. Sesekali kertasnya di puter puter. πŸ˜€ Kalo uda buntu, ya, pake prinsip mempercantik lembar jawaban aja πŸ˜€

Setelah itu, kita dihadapkan pada, analog verbal test, ini tuh yang perbandingan kaya gini; – wanita : kebaya = pria :
– a. sepatu b. baju c. topi d. jas. Ini mah ya kira kira aja mana yang nyambung ya.

Pernah di kasih kertas gede seukuran A3, yang isinya diminta untuk menjumlahkan angka dengan dibatasin waktu, engga? Namanya Kraeplien/Pauli. Pertama nya sih saya shock. Apa apaan ini, timbal balik pula. Kesini sini saya baru ngeh kalo buat ngisi ini, jangan terburu buru, sehingga yg terlihat malah nanti garisnya menurun. Semangat di awal gitu. Lantas? Kalo segaris lebih bagus? Engga juga. Segaris malah nunjukin kita flat gitu, sama bisa aja dicurigai curang. Isi aja sebisa nya semampunya. Garis naik turun dengan rentang tidak jauh katanya baik. πŸ™‚ cmiiw.

Continue reading

Sharing is Caring

Seminggu terakhir, kami (Saya, Putri, — my roomates) memborbardir media sosial dengan campaign ‘one day fun doing fun‘ yang akan kami selenggarakan insya Allah di Minggu, 19 oktober 2014. Pamfletnya kira kira begini;

One day fun doing fun!

One day fun doing fun!

Sambutannya baik. Tapi ada juga satu dua yang nanya diluar dugaan kami. Misalnya seperti, apakah kegiatan ini rutin? siapa penyelenggaranya? Ini agenda keberapa? Tentunya, bikin kami Speechless. πŸ˜€

Continue reading